Pelaku pasar berhati-hati menjelang perundingan dagang AS-China di London. Negosiasi terjadi di tengah tekanan ekonomi di kedua negara, termasuk deflasi di China dan ketidakpastian perdagangan di AS.
Data menunjukkan ekspor China melambat ke level terendah tiga bulan pada Mei, sementara deflasi gerbang pabrik mencapai level terburuknya dalam dua tahun. Ekspor China ke AS anjlok tajam (-34,5 persen) pada Mei.
Dikutip dari Reuters, indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,2 persen menjadi 98,942.
Dolar turun sekitar 0,2 persen terhadap mata uang Yen Jepang menjadi 144,55 Yen setelah dua minggu berturut-turut mencatat kenaikan.
Jepang mempertimbangkan untuk membeli kembali beberapa surat utang pemerintah superpanjang yang diterbitkan saat suku bunga rendah, menurut narasumber, Senin, menggarisbawahi fokusnya untuk mengendalikan kenaikan tiba-tiba dalam imbal hasil obligasi.
Euro menguat 0,3 persen terhadap Dolar AS menjadi 1,1427 Dolar AS, karena pasar terus memperhitungkan prospek kebijakan moneter Bank Sentral Eropa yang dikeluarkan pekan lalu, yang mengindikasikan bank sentral mungkin akan segera mengakhiri siklus pelonggarannya.
Poundsterling juga menguat terhadap Dolar AS, naik 0,3 persen menjadi 1,362 Dolar AS.
Pasar menantikan data inflasi AS pada Rabu pekan ini untuk melihat arah kebijakan The Fed. Ekspektasi pasar masih mengarah pada pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 basis poin pada akhir 2024, dengan peluang tertinggi terjadi pada Oktober.
BERITA TERKAIT: