Meski belum tersedia informasi terkini yang signifikan menyangkut perundingan dagang Amerika Serikat (AS)-China, investor terkesan optimis akan dicapainya kesepakatan sebagaimana diklaim pemerintahan Donald Trump.
Laporan terkait yang datang dari China justru masih memperlihatkan kukuhnya sikap Beijing yang kini menuntut pencabutan penaikkan tarif sepihak oleh Washington.
Sikap optimis pelaku pasar terkesan solid di tengah rangkaian proses perundingan yang belum jelas. Di satu sisi pemerintahan Trump mengklaim sedang melakukan perundingan dengan pihak China, namun di sisi lain pihak Beijing menepis adanya proses perundingan.
Sekalipun demikian, investor mendapatkan pijakan optimisme yang semakin kukuh berkat rilis kinerja kuartalan raksasa teknologi Google. Laporan yang dirilis di sesi after hours menunjukkan, kinerja moncer Alphabet Inc., induk dari perusahaan internet terkemuka, Google, yang melampaui ekspektasi pasar.
Secara garis besar pendapatan Google dilaporkan melonjak 12 persen dibanding ekspektasi pasar yang sebesar 10 persen. Laporan lebih rinci juga menunjukkan, kineja pendapatan yang mencapai 90,23 miliar dolar AS dibanding ekspektasi pasar di kisaran 89,12 miliar dolar AS. Rangkaian laporan positif yang mengesankan ini kemudian semakin mengukuhkan optimisme pelaku pasar di Wall Street.
Pantauan bahkan menunjukkan harga saham Google yang melompat hingga lebih dari 5 persen di sesi
after hours usai rilis kinerja tersebut. Optimisme yang kukuh bertahan ini kemudian menjalar di sesi perdagangan penutupan pekan di Asia, Jumat 25 April 2025. Investor di Asia terlihat mencoba mengikuti jejak lonjakan indeks Wall Street, meski cenderung dalam taraf lebih moderat.
Tinjauan
RMOL menunjukkan, kinerja indeks di Asia yang konsisten menjejak zona positif sejak pembukaan sesi pagi. Namun di tengah minimnya suntikan sentimen regional yang tersedia, pelaku pasar terkesan kesulitan mengangkat indeks lebih tajam.
Gerak naik indeks di Asia akhirnya cenderung lebih terbatas. Hingga sesi perdagangan ditutup, indeks Nikkei (Jepang) menanjak 1,9 persen di 35.705,74, sementara indeks ASX200 (Australia) melonjak 0,6 persen di 7.968,2 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,95 persen di 2.546,3.
Gerak positif indeks di Asia yang cukup meyakinkan membuat sikap optimis pelaku pasar di Jakarta kembali bersemangat. Merosotnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di penutupan sesi perdagangan sebelumnya semakin memacu pelaku pasar untuk mengangkat IHSG lebih tajam. IHSG terpantau sempat mengikis kenaikan secara signifikan, namun mampu berbalik melonjak di sesi perdagangan sore.
Gerak naik signifikan IHSG akhirnya mampu bertahan konsisten di sepanjang sesi. Sentimen positif dari kinerja kuartalan Google seakan mampu mengusir sentimen keraguan tentang perundingan dagang AS-China hingga mengukuhkan optimisme pasar.
IHSG kemudian menutup sesi pekan ini dengan melambung tajam 0,99 persen di 6.678,91 atau sekaligus mengintai level psikologis nya di kisaran 6.700.
Kinerja gemilang IHSG juga tercermin pada seragamnya gerak saham unggulan. Pantauan lebih rinci menunjukkan, hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan kembali terangkat signifikan, seperti: BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, UNVR, UNTR, ASII, ADRO, JPFA, BBTN, ITMG, INDF, CPIN dan PGEO. Saham unggulan tercatat hanya menyisakan TLKM, PGAS dan ISAT yang masih gagal menjejak zona positif.
Laporan lain dari jalannya sesi perdagangan juga memperlihatkan, kinerja saham-saham perusahaan peternakan unggas yang mulai mampu bangkit di tengah sentimen anjloknya harga daging Ayam dan telur. Saham JPFA terpantau menutup sesi di Rp1.780 setelah melompat 2,89 persen, sedang CPIN melambung 3,27 persen dengan berakhir di Rp4.420.
Tinjauan secara keseluruhan juga memperlihatkan, pelaku pasar di Jakarta yang tidak mendapatkan suntikan sentimen domestik yang signifikan dalam menjalani sesi akhir pekan ini. Perkembangan terkini dari sentimen eksternal akhirnya menyita porsi perhatian investor.
Dolar AS Masih Solid di Atas Rp16.800Kabar sedikit menggembirakan datang dari pasar uang, di mana nilai tukar rupiah akhirnya mampu berbalik menguat setelah dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya terdera tekanan jual. Meski kinerja penguatan Rupiah masih cenderung di rentang moderat, gerak balik penguatan menjadi penting usai tertekan konsisten di beberapa sesi sebelumnya.
Sementara sentimen eksternal yang membayangi terlihat masih belum terlalu beranjak, dengan gerak melemah sejumlah mata uang utama dunia masih bertahan. Pelaku pasar terkesan masih menantikan kejelasan hasil dan proses perundingan dagang AS-China untuk menentukan arah gerak lebih jauh. Kinerja mata uang utama dunia yang masih bertahan lemas tersebut kemudian membuat bervariasinya gerak mata uang Asia.
Pantauan hingga sesi perdagangan sore berlangsung memperlihatkan, nilai tukar rupiah dan peso Filipina yang masih mampu konsisten bertahan di zona penguatan tipis. Sedang mata uang Asia lainnya masih terjebak di rentang sempit dengan kecenderungan melemah.
Terkhusus pada rupiah, upaya bertahan konsisten di zona penguatan terkesan masih rentan, rupiah bahkan sempat menjamah zona pelemahan tipis, namun secara keseluruhan mampu bertahan positif. Hingga ulasan ini disunting, rupiah terpantau bertengger di kisaran Rp16.825 per dolar AS atau menguat moderat 0,23 persen.
Pantauan juga menunjukkan, rupiah yang sempat menggiring dolar AS di bawah level psikologisnya di kisaran Rp16.800 dengan berada di kisaran Rp16.799, namun dengan mudah kembali menyeberang ke atas Rp16.800. Tinjauan
RMOL sebelumnya menunjukkan, dolar AS yang telah konsisten berada di atas kisaran Rp16.800 sejak sesi perdagangan pasca libur panjang lebaran.
Pelaku pasar terkesan sangat menantikan suntikan sentimen domestik yang meyakinkan untuk menurunkan dolar AS di bawah kisaran Rp16.800. Rilis kinerja perekonomian terkini pada sesi perdagangan pekan depan, kini menjadi pertaruhan bagi rupiah untuk mengkandaskan dolar AS secara meyakinkan.
BERITA TERKAIT: