Target yang diusung melalui "Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kementerian Lingkungan Hidup" ini membutuhkan upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, dan masyarakat.
Hal ini juga yang mendorong industri untuk berinovasi dalam menciptakan solusi berkelanjutan, seperti kemasan ramah lingkungan dan sistem daur ulang yang efisien.
Senior Public Affairs and Sustainability Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, sejak 2018, Aqua telah berkomitmen untuk membangun model ekonomi sirkular dan menjadi bagian dari solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia melalui inisiatif #BijakBerplastik.
Gerakan #BijakBerplastik ini berfokus pada tiga aspek utama, yaitu, yaitu pengumpulan sampah, pelaksanaan kampanye edukasi tentang pentingnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan kepada konsumen dan anak-anak, serta inovasi dalam pengembangan kemasan yang lebih berkelanjutan..
"Program ini bertujuan menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi. Program IRI dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dengan melibatkan 4 Tempat Pengolahan Sampah – Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Jatim, Jateng, DIY, serta 10 Mitra Pengumpulan di Jatim, Jateng, DIY, dan Sulteng," kata Karyanto dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu 12 Maret 2025.
Aqua terus berinovasi menghadirkan kemasan ramah lingkungan yang 100 persen dapat didaur ulang, digunakan kembali, dan dikomposkan. Inovasi Aqua termasuk galon guna ulang, botol rPET, botol kaca guna ulang, dan Aqua Cube tanpa label dan sedotan.
Aqua juga mengurangi penggunaan plastik dengan menghilangkan segel plastik dan mengurangi berat botol. Lebih dari 90 kemasan Aqua dapat didaur ulang dan mengandung hingga 25 persen material daur ulang.
Meski demikian, Karyanto menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan seperti produsen, pemerintah, LSM, dan masyarakat untuk menciptakan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan.
“Diperlukan dukungan dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan komitmen ini dapat berjalan dengan berkelanjutan,” ujar Karyanto.
Fakta ini sekaligus membantah Brand Audit Report 2024 yang dikeluarkan oleh organisasi lingkungan berbasis di Bali, Sungai Watch. Dalam laporan ini, Sungai Watch mengumpulkan sebanyak 623.021 sampah kemasan plastik di Bali dan Banyuwangi, JawaTimur pada area tertentu di mana pembatas sungai mereka dipasang.
Meskipun data tersebut memberikan gambaran, namun data tersebut tidak sepenuhnya mewakili kondisi sampah yang lebih luas di Indonesia. Laporan tersebut hanya menampilkan sampah kemasan yang berasal dari produk bermerek popular. Sementara seperti yang diketahui sebagian besar sampah terdiri dari kantong plastik, pembalut wanita, dan popok.
Menanggapi hal ini, Karyanto menggarisbawahi upaya Aqua yang telah menjalankan pengelolaan sampah sejak 1993, dan akan terus melanjutkan usaha untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah plastik.
“Kami menyadari bahwa masih banyak yang perlu dilakukan, dan kami tetap berkomitmen untuk mendorong perubahan positif. Namun, membebankan pengelolaan sampah hanya kepada produsen bukanlah solusi yang bijak," katanya.
Pengelolaan sampah akan berhasil jika dilakukan secara kolektif, dengan setiap pihak, yaitu pemerintah, produsen, masyarakat, dan konsumen.
BERITA TERKAIT: