Dalam pengujian kualitas air yang dilakukan selama aksi tersebut, ditemukan tiga jenis mikroplastik yang tersebar di air sungai.
Temuan ini menunjukkan bahwa pencemaran plastik tidak hanya hadir dalam bentuk sampah makro yang terlihat, tetapi juga telah terfragmentasi menjadi partikel kecil berukuran mikroskopis yang disebut mikroplastik.
Tiga jenis mikroplastik yang berhasil diidentifikasi dalam per 10 liter air itu adalah Fiber (serat) 18 partikel. Mikroplastik jenis ini diduga berasal dari limbah tekstil, serat pakaian yang terlepas saat pencucian, atau limbah kain dari rumah tangga maupun industri rumahan.
Kedua, Film 14 partikel. Jenis ini berasal dari limbah plastik tipis seperti kantong kresek, kemasan makanan ringan, atau lapisan plastik pada produk konsumen.
Ketiga, Fragmen 1 partikel. Fragmen adalah potongan kecil dari plastik keras yang telah terdegradasi, seperti dari sachet atau plastik tebal.
Dari hasil keseluruhan, tercatat kelimpahan mikroplastik mencapai rata-rata 3,3 partikel per 10 liter air sungai.
Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) pernah melakukan Ekspedisi Sungai Nusantara untuk mengamati kualitas air dan kesehatan ekosistem di 68 sungai strategis nasional. Hasilnya sungguh mengkhawatirkan.
"Sebanyak 98 persen sungai yang kami teliti terdeteksi tercemar mikroplastik. Artinya, hampir seluruh sungai besar di Indonesia kini sudah dibanjiri partikel mikroplastik yang berpotensi masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan air,” ungkap Mohammad Alaika Rahmatullah, dalam keterangannya, Selasa 13 Mei 2025.
Sementara itu, Fasilitator daerah Eco Bhinneka Banyuwangi, Zahrotul Janah menyatakan, “Sampel air dari sungai yang menurut saya tidak terlalu keruh saja ternyata ada kandungan mikroplastik, serangga, dan plankton. Paparan Alex, sapaan akrab dari fasilitator Ecoton, bahwa ada berbagai cara mikroplastik ini tercemar dan masuk pada organ tubuh manusia harus tersosialisasi dengan masif pada kalangan perempuan sebagai langkah edukasi preventif di masing-masing keluarga.”
Lebih lanjut, data ini memperkuat kesimpulan bahwa Sungai Kalisetail mengalami kebocoran sampah plastik yang signifikan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya dalam Lampiran VI, disebutkan bahwa baku mutu air sungai harus bebas dari sampah, termasuk partikel plastik mikroskopis.
Dengan temuan ini, lanjut Zahrotul, jelas bahwa Sungai Kalisetail masih jauh dari kondisi ideal dan risiko pencemaran mikroplastik sudah nyata terjadi.
Atas temuan tersebut, Eco Bhinneka Banyuwangi pun merekomendasikan beberapa langkah tindak lanjut.
Mulai dari memberi edukasi masyarakat tentang bahaya mikroplastik dan pentingnya pengurangan sampah plastik sejak dari sumbernya. Lalu mendorong industri untuk mengembangkan inovasi produk yang minim risiko pelepasan mikroplastik, seperti kemasan ramah lingkungan dan teknologi serat yang tidak mudah luruh.
Pemerintah juga perlu memperluas pemantauan kualitas air sungai termasuk parameter mikroplastik sebagai bagian dari standar baku mutu lingkungan hidup. Mendorong kolaborasi riset lanjutan untuk memahami dampak jangka panjang mikroplastik terhadap kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati perairan darat.
Adapun metode pengambilan sampel air untuk mendeteksi mikroplastik, menurut Ecoton, umumnya mengikuti prosedur ilmiah sederhana, namun terstandarisasi.
Langkah-langkah yang biasa dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan seperti wadah sampel (botol kaca steril atau jerigen plastik HDPE yang bersih), ember dan serok (jika diperlukan untuk membantu penyaringan awal), kain saring atau jaring plankton mesh 50?"300 mikron (untuk memfilter mikroplastik), filter kertas atau membran nilon,
Corong, selang, dan alat penyaring.
Langkah berikutnya adalah ?Teknik Pengambilan Sampel. Yaitu air diambil dari permukaan sungai pada kedalaman 10?"20 cm. Volume air yang diambil biasanya 10 liter per titik uji.
Air dituang perlahan ke alat saring dengan jaring mikro untuk menangkap partikel padat termasuk mikroplastik. Sisa air dibuang, sedangkan partikel yang tertinggal dikumpulkan di atas filter atau jaring halus.
Sebagai langkah nyata mengurangi dampak pencemaran mikroplastik yang telah teridentifikasi dalam bentuk fragmen, fiber, dan filamen di Sungai Kalisetail Genteng, upaya minim sampah dari rumah tangga menjadi krusial untuk memutus aliran sampah plastik dari hulu ke hilir dan menjaga ekosistem air dari kerusakan jangka panjang.
BERITA TERKAIT: