Laporan menyebutkan, pihak Bank Sentral Eropa, ECB yang akhirnya memangkas suku bunga untuk kini berada di kisaran 2,9 persen membuat pelaku pasar menghentikan koreksi pada Indeks Dolar AS. Pelemahan mata uang utama dunia akhirnya berlangsung dan kemudian menjalar hingga pasar uang Asia.
Situasi dan sentimen terkini yang berkembang menjadi semakin sulit akibat pernyataan dari Presiden AS Donald Trump. Laporan terkini menyebutkan, pelaku pasar yang terarah perhatiannya pada pernyataan Trump yang kembali menegaskan akan mengenakan tarif masuk sebesar 100 persen pada blok negara BRICS bila meninggalkan Dolar AS atau membentuk mata uang bersama.
Pernyataan bernada ancaman yang diperbarui tersebut kemudian memantik pelaku pasar semakin memburu Dolar AS dan memukul mata uang Asia. Pantauan menunjukkan, seluruh mata uang Asia yang kompak menginjak zona pelemahan di sesi penutupan pekan ini, Jumat 31 Januari 2025. Terlebih pada mata uang Rupee India, yang kini kembali semakin mendekati titik terlemahnya sepanjang sejarah di kisaran 86,8553. Terkini, mata uang negeri Bollywood itu berada di kisaran 86,6400 per Dolar AS setelah melemah moderat 0,13 persen. Posisi tersebut hanya berjarak 0,25 persen dari titik terlemahnya.
India, yang merupakan salah satu pemrakarsa penting BRICS dan kini sedang berambisi menjadi perekonomian terbesar keempat dunia, nampaknya benar-benar dalam ancaman serius, meski hubungan dengan Washington cukup baik.
Pantauan juga memperlihatkan, kinerja nilai tukar Ringgit Malaysia yang kini menjadi mata uang terburuk di Asia setelah anjlok tajam hingga kisaran 1,5 persen. Sedang mata uang Baht Thailand tercatat mampu beralih menguat tipis di pertengahan sesi perdagangan sore usai konsisten menjejak zona pelemahan.
Pada Rupiah, kinerja merah kembali menerpa, di mana hingga ulasan ini disunting terpantau bertengger di kisaran Rp16.295 per Dolar AS atau melemah 0,25 persen. Rupiah sempat konsisten menembus level psikologis nya di kisaran Rp16.300 dengan mencetak titik terlemahnya di Rp16.319 per Dolar AS. Tinjauan RMOL menunjukkan, kinerja Rupiah yang mencoba mengikis pelemahan di sesi perdagangan sore, namun gerak merah masih sulit dihindarkan.
Kinerja Rupiah kini sangat mengandalkan suntikan sentimen domestik yang positif pada awal sesi pekan depan, di mana rilis data indeks PMI manufaktur dan Inflasi bulanan akan dilakukan. Bila dua rilis data tersebut di atas mampu menyajikan kinerja perekonomian nasional yang melegakan, Rupiah setidaknya mampu untuk menghentikan atau mengimbangi sentimen suram dari pasar global yang diyakini masih belum beranjak.
BERITA TERKAIT: