Dikutip dari
Reuters, indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir melonjak 0,77 persen menjadi 109,38 pada perdagangan Kamis 2 Januari 2025 waktu setempat.
Federal Reserve mengisyaratkan bahwa mereka akan lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga karena inflasi tetap berada di atas target tahunan 2 persen dan ekonomi tetap kuat.
Kebijakan Donald Trump yang akan dilantik beberapa minggu ke depan juga diprediksi dapat meningkatkan pertumbuhan dan berpotensi menambah tekanan harga ke atas.
Analis memprediksi Dolar AS tetap menguat di tahun ini.
"Tidak ada saingan bagi Dolar," kata Adam Button, Chief Currency Analyst ForexLive, Toronto.
"Arus modal mendominasi pergantian tahun dan pasar saham Amerika benar-benar mempermalukan setiap pasar global lainnya," tambah Button.
Dolar adalah satu-satunya mata uang yang bisa diandalkan sampai terjadi kemerosotan nyata dalam ekonomi AS menurutnya.
Data yang dirilis Kamis mengonfirmasi pasar kerja yang masih solid. Jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam delapan bulan, pekan lalu, yang menunjukkan rendahnya PHK pada akhir 2024.
Dolar menguat 0,47 persen menjadi 157,61 Yen Jepang.
Dolar mencapai level tertinggi dalam lima bulan di atas 158,09 Yen pada pekan lalu atau akhir Desember, yang berpotensi memberikan tekanan pada Bank of Japan.
Euro anjlok 1,01 persen menjadi 1,025 Dolar AS. Ini adalah level terendah sejak November 2022.
Mata uang tunggal tersebut mempercepat kerugian setelah jatuh ke bawah level 1,03 Dolar AS, yang memperlihatkan bahwa faktor teknikal memperdalam aksi jual.
Ini membuat trader lebih berhati-hati dan mengantisipasi pemotongan suku bunga yang dalam dari Bank Sentral Eropa pada 2025.
Poundsterling juga anjlok 1,19 persen menjadi 1,2368 Dolar AS. Ini juga menjadi level terendah sejak April tahun lalu.
BERITA TERKAIT: