Angka ini membengkak 71 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga menyebabkan saham ALTO anjlok hingga Rp4,89 per saham.
Kerugian yang dialami ALTO terutama disebabkan oleh penurunan penjualan yang signifikan. Penjualan perusahaan turun sebesar 70,3 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp44,36 miliar.
Kontribusi terbesar berasal dari penjualan maklon air minum dalam kemasan (AMDK) yang mencapai Rp21,69 miliar. Selain itu, penjualan AMDK perseroan hanya mencapai Rp5,7 miliar, sementara penjualan botol tercatat sebesar Rp10,05 miliar, serta pendapatan dari galon mencapai Rp3,9 miliar dan segmen lainnya menyumbang Rp2,9 miliar.
Selama periode ini, beban pokok ALTO juga mengalami penurunan seiring dengan turunnya penjualan, dengan menghasilkan laba kotor sebesar Rp4 miliar. Namun, laba tersebut habis tergerus oleh beban penjualan, sehingga secara operasional, ALTO mencatatkan kerugian sebesar Rp7,29 miliar.
Selain itu, nilai utang dan modal perusahaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 2-3 persen year-to-date (ytd), dengan total aset tersisa sebesar Rp957,04 miliar.
Di sisi lain, kas dan setara kas ALTO juga mengalami penurunan drastis sebesar 55 persen menjadi Rp3,4 miliar pada akhir Juni akibat pengeluaran operasional yang tinggi.
BERITA TERKAIT: