Angka ini melorot jauh hingga 82 persen dari 207,8 juta Dolar AS periode tahun lalu.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Selasa (30/7), dilaporkan bahwa pendapatan INCO turun hingga 27,3 persen menjadi 478,75 juta Dolar AS dari 658,96 juta Dolar AS.
Laba usaha terkikis 74,6 persen menjadi 48,87 juta Dolar AS dari 192,91 juta Dolar AS.
INCO menghasilkan EBITDA positif sebesar 72,4 juta Dolar AS pada kuartal II-2024, naik 38 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Manajemen INCO menjelaskan, laba kuartal II-2024 telah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar 6,1 juta Dolar AS atas pengakuan nilai wajar aset derivatif, yaitu hak partisipasi dalam investasi perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia.
"Jika dinormalisasi, kami mencatat laba sebesar 35,9 juta Dolar AS pada kuartal II-2024, lebih tinggi 122 persen dibandingkan kuartal sebelumnya," jelas Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia (INCO), Febriany Eddy.
Pada kuartal II-2024, INO berhasil melakukan penjualan sebanyak 17.505 metrik ton nikel matte, yang menghasilkan pendapatan 248,8 juta Dolar AS, meningkat 8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya," tutur Febriany.
Sejalan dengan penurunan pengiriman pada kuartal tersebut, beban pokok pendapatan INCO turun menjadi 207,3 juta Dolar AS pada kuartal II-2024 dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar 209,8 juta Dolar AS.
Penurunan total beban pokok pendapatan juga didukung oleh penurunan konsumsi bahan bakar dan batu bara, yang disertai dengan penurunan harga batu bara.
BERITA TERKAIT: