Dugaan awal menyebutkan masalah ini bermula dari kerusakan pada perangkat lunak keamanan siber CrowdStrike yang menyebabkan jaringan down.
Seperti dikutip
CNN pada Sabtu (20/7), kegagalan sistem teknologi informasi (TI) ini berdampak pada penundaan dan masalah di sejumlah bandara di Asia, memaksa beberapa maskapai penerbangan untuk menghentikan operasi mereka sementara waktu. Salah satu maskapai yang terdampak adalah AirAsia, yang melaporkan bahwa sistem reservasi dan check-in mereka terganggu akibat 'Microsoft down'.
Selain AirAsia, Cebu Pacific Air juga terpengaruh, sehingga terpaksa menangani semua proses secara manual karena pemadaman listrik.
Sementara itu di Bandara Internasional Taoyuan Taiwan, beberapa maskapai seperti Jetstar, Hong Kong Express, Jeju Air, dan Scoot juga harus melakukan proses check-in secara manual.
Gangguan serupa juga dilaporkan di Bandara Internasional Dubai, Bandara Internasional Indira Gandhi di Delhi, Bandara Internasional Jaipur, hingga Bandara Internasional Incheon di Korea Selatan.
Selain bandara, transportasi umum seperti kereta api dan bus di Washington, D.C juga dilaporkan juga terkena dampak. Situs web Washington Metropolitan Area Transit Authority (WMATA) dan sejumlah sistem internal saat ini tidak aktif, dengan tim tanggap darurat berusaha mengatasi masalah tersebut.
Gangguan ini juga merambat ke sektor perbankan. Di Australia, Commonwealth Bank, ANZ, dan Westpac mengalami gangguan operasional. ASB Bank di Selandia Baru dan Capitec di Afrika Selatan juga melaporkan masalah serupa.
Sementara di Inggris, platform investasi digital Barclays, Smart Investor dilaporkan tidak dapat diakses oleh nasabah.
“Smart Investor telah terpengaruh karena nasabah tidak dapat mengelola akun mereka melalui aplikasi, online, atau melalui telepon,” kata juru bicara Barclays.
BERITA TERKAIT: