Dikutip dari
Reuters pada Jumat (7/6), defisit ini menjadi yang paling lebar dalam 18 bulan terakhir.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengatakan defisit tersebut terjadi karena lonjakan impor negara melebihi nilai ekspor pada April kemarin.
Berdasarkan laporan dari instansi tersebut, pada periode itu terjadi lonjakan impor kendaraan bermotor dan suku cadang, serta barang modal seperti peralatan telekomunikasi, perlengkapan dan material industri, termasuk minyak mentah yang membuat nilai impor meningkat.
"Impor naik 2,4 persen menjadi 338,2 miliar dolar AS (Rp5.477 triliun) pada April. Impor barang naik 8,1 miliar dolar AS menjadi 271,9 miliar dolar AS (Rp4.403 triliun), sementara impor jasa turun tipis menjadi 66,3 miliar dolar AS," kata Departemen Perdagangan AS.
Sementara, ekspor negeri Paman Sam itu hanya naik tipis sebesar 0,8 persen menjadi 263,7 miliar dolar AS (Rp4.271 triliun).
Sebelumnya para ekonom memperkirakan bahwa defisit perdagangan akan jauh lebih besar mencapai 76,1 miliar dolar AS pada periode tersebut. Namun, realisasi tersebut jauh lebih rendah dari perkiraan para analis.
BERITA TERKAIT: