Nilai itu melonjak sekitar 3,64 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya, yang hanya mencatat surplus sebesar 870 juta dollar AS.
"Ini tentunya memperpanjang catatan surplus beruntun menjadi 47 bulan secara berturut-turut," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (22/4).
Selain itu, nilai surplus ini juga tercatat lebih besar dibandingkan neraca perdagangan pada periode yang sama di tahun lalu, sebesar 2,91 miliar dolar AS (Rp47 triliun).
Adapun kenaikan surplus neraca dagang itu didorong oleh kinerja ekspor yang meningkat secara bulanan menjadi 22,43 miliar dolar AS (Rp364 triliun), sementara nilai impor merosot menjadi 17,96 miliar dolar AS (Rp291 triliun).
Berdasarkan data dari BPS, berdasarkan jenis komoditasnya, surplus neraca perdagangan RI masih ditopang oleh komoditas non migas, dengan surplus sebesar 6,52 miliar dolar AS (Rp105 triliun).
Sementara, kata Amalia, komoditas migas kembali mencatatkan defisitnya sebesar 2,04 miliar dolar AS (Rp33 triliun).
"Tentunya defisit ini disumbang oleh hasil minyak maupun minyak mentah," jelas Amalia.
BERITA TERKAIT: