Pemasok utama mesin fotokopi tersebut mengatakan pada Kamis (4/4), bahwa, pemutusan hubungan pekerjaan yang akan dilakukan pada akhir Maret 2025 merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mengalihkan fokusnya ke lini bisnis baru seiring menurunnya permintaan pencetakan kertas di kantor secara keseluruhan karena perusahaan beralih ke solusi digital.
"Saat ini, kami melihat lemahnya permintaan di Tiongkok dan beberapa negara Eropa, seperti Jerman,” kata Presiden Konica Minolta Toshimitsu Taiko pada konferensi pers, seperti dikutip dari
Nikkei, Jumat (5/4).
Jumlah total karyawan grup adalah sekitar 40.000 pada akhir Maret 2023.
Perusahaan memperkirakan kerugian finansial yang terbatas dari restrukturisasi ini, dengan biaya pemutusan hubungan kerja diperkirakan mencapai sekitar 20 miliar yen (131 juta dolar AS) pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret 2025. Hal ini seharusnya dapat diimbangi pada tahun berikutnya dengan peningkatan efisiensi.
Segmen bisnis tempat kerja digital perusahaan, yang meliputi mesin fotokopi, menyumbang lebih dari 50 persen total penjualan. Nantinya, Konica akan lebih fokus pada tampilan film yang digunakan untuk layar televisi dan komputer pribadi serta headset realitas virtual.
Perusahaan ini juga memasok film untuk ponsel pintar, namun Noriyasu Kuzuhara, wakil presiden eksekutif perusahaan tersebut, mengatakan saat ini permintaan stabil namun relatif lemah.
Konica membukukan kerugian sebesar 103 miliar yen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2023, tahun keempat berturut-turut di zona merah.
Tahun lalu diumumkan bahwa mereka akan menjual 80 persen sahamnya di dua anak perusahaan di Tiongkok yang merakit produk seperti lensa kamera digital ke perusahaan lokal.
BERITA TERKAIT: