Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kebijakan strategis itu berjalan secara on the right track sehingga laju industri manufaktur Indonesia bisa lebih cepat di akhir tahun 2023.
Berdasarkan kondisi itu ia mengungkapkan optimis bahwa di 2024 bisa lebih baik lagi. Rasa optimis itu juga didasari oleh pencapaian positif Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global, di mana pada Desember menunjukkan posisi 52,2 atau naik 0,5 poin dibanding November yang menempati level 51,7.
“Alhamdulillah, PMI Manufaktur Indonesia tetap berada dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut. Capaian ini hanya Indonesia dan India yang mampu mempertahankan level di atas 50 poin selama lebih dari 25 bulan. Kinerja baik ini tentu harus kita jaga dan tingkatkan,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di laman resmi Kemenperin yang dikutip Senin (8/1).
Catatan positif PMI Manufaktur Indonesia pada akhir tahun sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Desember 2023 yang telah dilansir sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian, yang mencapai 51,32 poin atau konsisten selama lebih dari 13 bulan sejak diluncurkan IKI, dan masih berada dalam fase ekspansi.
Untuk 2024, Kemenperin akan membidik target pertumbuhan industri pengolahan manufaktur sebesar 5,80 lebih tinggi dari target 4,81 persen di tahun 2023.
Dalam laporannya, S&P Global menyatakan, ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2023 karena adanya permintaan yang cukup tinggi, termasuk dari luar negeri. Ini mendorong pertumbuhan produksi lebih cepat dan penambahan jumlah tenaga kerja.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, menerangkan bahwa sektor manufaktur Indonesia menutup triwulan terakhir pada tahun ini dengan catatan positif karena permintaan baru yang akan datang dan output keduanya mengalami ekspansi pada tingkat yang cukup baik dan solid.
BERITA TERKAIT: