Mengutip
Reuters, Jumat (24/11), minyak mentah berjangka Brent terpantau turun 0,8 persen, mencapai level 81,28 dolar (Rp 1,276 juta) per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar 1 persen, mencapai harga 76,35 dolar (Rp 1,190 juta) per barel, saat hari libur Thanksgiving di Amerika Serikat (AS).
Merosotnya harga minyak itu diketahui setelah OPEC+ secara mendadak menunda pertemuan mereka hingga 30 November, yang memicu spekulasi bahwa OPEC+ tengah menghadapi kendala dalam mencapai kesepakatan mengenai tingkat produksi.
Negara-negara Afrika, khususnya Angola dan Nigeria disebut menjadi fokus dari penundaan tersebut karena perbedaan pandangan terkait target produksi minyak yang lebih tinggi.
Sumber Reuters mencatat bahwa negosiasi dengan Angola terbilang sulit, sementara optimisme muncul terkait kemungkinan penyelesaian dengan Nigeria berkat hubungan baik antara kedua negara.
"Kami pikir Nigeria dapat diredakan karena pemimpinnya menghargai keanggotaan lamanya di OPEC dan meningkatkan hubungan dengan Arab Saudi," kata analis RBC Capital Markets Helima Croft.
Analis menyatakan keyakinannya bahwa harga minyak kemungkinan akan mengalami kenaikan kembali setelah libur Thanksgiving.
Meskipun ada harapan akan pemulihan harga minyak, sinyal dari sisi permintaan kurang positif. Data menunjukkan bahwa ekonomi Zona Eropa berpotensi mengalami kontraksi pada kuartal ini karena terus terbatasnya pengeluaran konsumen. Faktor itu disebut akan meninggalkan pasar minyak dalam situasi yang penuh ketidakpastian, yang semakin memperumit dinamika ekonomi global.
BERITA TERKAIT: