Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Pertahankan Kekuasaan di Kamboja Lewat Proyek Bandara Hingga 2078

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Rabu, 08 November 2023, 13:54 WIB
China Pertahankan Kekuasaan di Kamboja Lewat Proyek Bandara Hingga 2078
Bandara Internasional Siem Reap-Angkor, Kamboja/Net
rmol news logo Bandara Internasional Siem Reap-Angkor resmi dibuka, meningkatkan harapan akan kembalinya pariwisata ke kompleks arkeologi kuil Angkor Wat yang terkenal.

Dibangun dengan biaya cukup fantastis yakni 1,1 miliar dolar AS (Rp 17,2 triliun), bandara baru di Kamboja tersebut ternyata berdiri dengan suntikan dana China.

Mengutip VOA pada Rabu (8/11), Bandara Siem Reap-Angkor dikembangkan oleh perusahaan China Yunnan Investment Group, bersama dengan dua perusahaan lain dari provinsi Siem Reap sejak 2020.

Berdasarkan perjanjian yang dibuat, perusahaan China akan mendapat izin mengoperasikan bandara  selama 55 tahun atau hingga 2078 mendatang.

Pemerintah Kamboja menganggap proyek yang dibangun atas inisiasi Belt Road Initiative (BRI) China sangat dibutuhkan negara tersebut untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur.

Namun sayangnya mereka mengabaikan kekhawatiran mengenai dampak lingkungan, kualitas konstruksi, atau bahkan risiko keuangan di masa depan.

Profesor emeritus politik di Universitas New South Wales Canberra, Carl Thayer mengakui bahwa proyek BRI akan terus memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kamboja.

Namun, menurutnya, biaya pembayaran kembali pinjaman, pemeliharaan dan perbaikan akan ditanggung oleh pemerintah Kamboja ke depannya.

"Ada juga risiko bahwa perusahaan-perusahaan China mungkin gagal memenuhi perjanjian yang ditetapkan karena kesulitan ekonomi mereka sendiri,” ujar Thayer.

Dia kemudian menyoroti kota pesisir Sihanoukville Kamboja yang telah menjadi target utama investasi China selama beberapa dekade terakhir.

"Proyek di Sihanoukville menunjukkan kelemahan BRI China, di mana masyarakat lokal semakin terpinggirkan dan terjadi peningkatan kejahatan, korupsi, penculikan dan perdagangan manusia di sana," jelasnya.

Peneliti di think tank Future Forum di Phnom Penh, Jadi Lyhong memiliki pendapat yang sama dengan Thayer.

Dia memperkirakan bahwa proyek BRI akan membantu Kamboja meningkatkan bidang pariwisata dan menciptakan lapangan kerja baru untuk warga setempat.

Kendati demikian, Lyhong menekankan perlunya transparansi terhadap segala hal yang berkaitan dengan kesepakatan yang terjalin antara China dan Kamboja.

"Saya kira akses terhadap informasi ini sangat penting, dimana masyarakat perlu mengetahui apa saja yang dihadapi negara dengan proyek BRI,” paparnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA