Pengumuman tersebut disampaikan langsung Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Kamis (2/11) waktu setempat.
"Untuk mendanai sebagian pengeluaran, pemerintah akan menyusun anggaran tambahan untuk tahun fiskal saat ini sebesar 13,1 triliun yen," kata Kishida kepada wartawan.
Sebelumnya,
Reuters melaporkan pada Rabu (1/11) bahwa pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan pengeluaran lebih dari 17 triliun yen untuk paket tersebut, yang akan mencakup pemotongan sementara pajak pendapatan dan perumahan serta subsidi untuk membatasi tagihan bensin dan utilitas.
Inflasi, yang dipicu oleh kenaikan biaya bahan baku, tetap berada di atas target bank sentral sebesar 2 persen selama lebih dari setahun, sehingga membebani konsumsi dan mengaburkan prospek perekonomian yang tertunda dalam pemulihan akibat dampak Covid-19.
Meningkatnya biaya hidup sebagian dituding sebagai penyebab turunnya tingkat dukungan terhadap Kishida, sehingga menambah tekanan pada perdana menteri untuk mengambil langkah-langkah guna meringankan penderitaan masyarakat.
BERITA TERKAIT: