Setahun Menjadi HIP, Inilah Rekam Jejak Inalum

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 29 Oktober 2018, 13:04 WIB
Setahun Menjadi HIP, Inilah Rekam Jejak Inalum
Foto: Net
rmol news logo Tiga tahun setelah beralih status menjadi BUMN, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero ditunjuk menjadi Holding Industri Pertambangan (HIP) tepat 27 November 2018.

Penunjukan Inalum menjadi HIP ditandai dengan penandatanganan akta pengalihan saham seri B yang terdiri atas PT Aneka Tambang Tbk sebesar 65 persen, PT Bukit Asam Tbk sebesar 65,02 persen, PT Timah Tbk sebesar 65 persen, serta 9,36 persen saham PTFI yang dimiliki pemerintah.

Inalum diberikan tiga mandat yaitu, menguasai cadangan strategis pertambangan nasional, meningkatkan nilai tambah industri pertambangan melalui hilirisasi, serta menjadi perusahaan kelas dunia.

Selama satu tahun HIP terbentuk, Inalum telah menunjukkan rekam jejak yang baik. Dari sisi operasional, INALUM meraih penghargaan Zero Accident dari BPJS Ketenagakerjaan dan  Kementerian Ketenagakerjaan.

Gedung kantor baru Inalum pun tengah dibangun di pusat operasional yang berlokasi di  Kuala Tanjung, Sumatera Utara dengan konsep “smart and green”. Gedung ini ditargetkan mampu menampung ± 1.000 orang karyawan.

Inalum juga menjadi salah satu tulang punggung negara dalam mendulang devisa dari hasil ekspor dan mengurangi ketergantungan bahan baku dari impor. Inalum memperkirakan penjualan hasil ekspor hingga 2018 sebesar 2,51 miliar dolar AS atau sekitar Rp 37 triliun (kurs Rp 15.000). Adapun hingga Agustus 2018, telah terealisasi 1,57 miliar AS atau 62,5 persen dari proyeksi.

Dalam upaya menjalankan mandat yang telah diberikan, salah satu peran strategis Inalum selama satu tahun terbentuknya HIP adalah upaya peningkatan kepemilikan saham negara di PT Freeport Indonesia.

Secara perlahan tapi pasti, Inalum sedang menjalankan proses divestasi yang akan mengubah kepemilikan saham dari awalnya 9,36 persen menjadi 51,2 persen. Sejauh ini telah dilalui beberapa tahapan divestasi berupa penandatanganan Head of Agreement pada 12 Juli 2018 dan Sales & Purchase Agreement pada 27 September 2018.

Keseluruhan proses divestasi ini diharapkan akan rampung bulan Desember yang akan datang.

Di sela-sela proses divestasti Inalum juga melakukan beberapa kerja sama lain dengan berbagai instansi dalam negeri maupun luar negeri pada acara tahunan IMF/Bank Dunia yang diadakan dari 8-14 Oktober lalu di Nusa Dua, Bali.

Pada 10 Oktober Inalum menandatangani kolaborasi dengan lembaga riset terkemuka dari Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology Energy Initiatives (MITEI), untuk meningkatkan sumberdaya manusia di sektor pertambangan.

Kolaborasi ini juga menjadikan Inalum sebagai pelopor riset di industri pertambangan dengan mengadirkan pusat riset dan inovasi di sektor pertambangan yang menggandeng lembaga riset terkemuka dari negara-negara yang dikenal mempunyai industri pertambangan mumpuni, seperti Amerika Serikat, Kanada, Tiongkok, dan Australia.

Inalum juga akan mengikutsertakan universitas terkemuka di Indonesia untuk ikut berkolaborasi dalam pusat riset dan inovasi pertambangan yang rencananya akan didirikan pada tahun ini.

Kemudian pada 11 Oktober, Inalum melakukan ekspansi bisnis ke Kalimantan Barat dengan menandatangani kerja sama dengan Antam dan produsen alumina terbesar kedua di dunia Aluminum Corporation of China Ltd (Chalco) dari Tiongkok untuk melakukan hilirisasi produk tambang di Kabupaten Mempawah.[wid/***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA