Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga mengatakan, proyek - proyek yang didanai dari pinjaman IMF dan Bank Dunia selama ini belum dapat meningkatkan perluasan kesempatan kerja yang inklusif bagi pekerja Indonesia, khususnya pekerja muda.
Termasuk, proyek infrastruktur yang digagas oleh pemerintah ternyata belum dapat membuka kesempatan bagi labor market di Indonesia.
Selain itu, lanjut dia, perusahan-perusahaan nasional yang mendapatkan dari International Finance Cooperation (IFC) yang merupakan lembaga di bawah World Bank atau Bank Dunia belum dapat mendukung dan mempromosikan kerja layak (decent work).
"Seperti adanya perusahaan nasional Indonesia di Jawa Timur yang anti serikat buruh dan menerapkan diskriminasi di tempat kerja," beber Andy melalui siaran pers, Senin (8/10).
Di tengah maraknya digitalisasi ekonomi yang menyebabkan pemutusan hubungam kerja (PHK), menurut Andy, IMF dan Bank Dunia juga belum dapat memberikan remedy dan way out bagi Indonesias sebagai kreditor terbesar dari dua lembaga keuangan internasional tersebut.
"Labor Institute Indonesia mengharapkan agar pemerintah dapat mendorong ke dua lembaga keuangan internasional tersebut agar peka terhadap program penciptaan lapangan kerja, Pekerjaan yang layak, dan mendukung inovasi atas pekerjaan masa depan (Future Of Work) di Indonesia," tuturnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: