Meski kenaikan setorannya tergolong tipis, namun beberapa pihak justru mengkhawatirkan hal tersebut bisa mengganggu kinerja perbankan, serta berpoÂtensi menghambat ekspansi ke depannya.
Ketua Tim Peneliti LemÂbaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI) ugenia Mardanugraha menilai, naiknya rasio dividen bank BUMN menunjukkan upaya pemerintah mencari cara memperoleh pendapatan.
Menurutnya, di satu sisi, perÂbankan diminta untuk tetap tumbuh sehat, tapi di sisi lain, bank juga dituntut memberikan kewajiban yang mungkin saja tiap tahunnya rasio tersebut naik. Sehingga, kata Eugenia, wajar saja jika dikhawatÂirkan bank justru lebih disibukkan mencari cara memenuhi kewajiban dividen daripada melakukan ekÂspansi bisnis.
"Meskipun pemerintah bilang tergantung dari kinerja masing-masing bank BUMN sampai akhir tahun, tapi tetap saja ini menambah beban bank lagi," kata Eugenia saat dihubungi
Rakyat Merdeka.
Hal itu tentu bisa berimbas pada modal bank yang ikut tergÂerus, lanjutv Eugenia, sehingga bank sulit mengembangkan layanan dan produk perusahaan. Kalau sudah begitu, nasabah pun ikut menanggung beban tersebut. "Jika nasabah malah banyak yang pindah ke bank swasta, malah tambah repot," kritiknya.
Menurutnya, sebagai ibu dari usaha BUMN, Kementerian BUMN seharusnya membesarkan perusahaan-perusahaan tersebut agar mereka bisa berkembang secara global. "Memangnya Indonesia mau seperti China, yang ingin semua perusahaannya diprivatisasi, dikuasai negara, namun tidak bisa berkembang secara maksimal," ucapnya.
Ia berpendapat sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan pemerintah, selain meningkatkan rasio dividen guna menambah pendapatan negara. Misalnya saja, dengan menaikkan pajak rokok menjadi dua kali lipat, atau meminimalisir belanja pegawai. "Kebanyakan belanja pegawai itu hanya membuat anggaran negara tidak efisien," tukasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN sekaligus Ketua Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) Maryono mengatakan, perbankÂan BUMN sudah menyepakati angka permintaan pemerintah.
"Kementerian BUMN telah memperhatikan kepentingan perusahaan untuk berkembang. Perbankan untuk ekspansi di dalam pembiayaan infrastruktur juga membutuhkan modal. Kalau dividen dinaikkan rasionya, bisa menghambat ekspansi bank," ujar Maryono.
Perbankan masuk ke kategori BUMN dengan setoran dividen moderat, yaitu berkisar 20-45 persen dividen pay out ratio-nya bergantung pada besaran
capital adequacy ratio (CAR) mereka.
"(Setoran) dividen BTN (untuk pemerintah) sebesar Rp 420 milÂiar pada 2017, sedangkan di 2016 setorannya sekitar Rp 314 miliar. Itu memberikan kesempatan untuk BTN menaikkan rasio keÂcukupan modal atau CAR (
capital adequacy ratio). Kedua, BTN konsentrasi dalam pembiayaan rumah subsidi atau program 1 juta rumah," tambahnya.
Direktur Utama BRI SupraÂjarto mengakui, bank BUMN sudah melakukan komunikasi dengan Kementerian BUMN. Dividen BRI sendiri pada 2017 sebesar Rp 6,3 triliun, naik dari Rp 5,6 pada 2016.
Suprajarto melanjutkan, dengan melihat realisasi kinerja beberapa bank BUMN semester I-2017, diperkirakan target dividen peÂmerintah akan tercapai. "Kami melihat target dividen pemerintah sangat realistis," imbuhnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Keuangan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, KeÂmenterian BUMN mengusulkan setoran dividen bank BUMN 2018 dari laba 2017 mengalami kenaikan. Usulan ini dikemukaÂkan ketika rapat dengar pendapat antara kementerian dengan DeÂwan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dalam rapat dengan DPR ini, Kementerian BUMN mengusulÂkan jumlah setoran dividen bank BUMN 2018 dari laba 2017 sebeÂsar Rp 12,6 triliun. Jumlah ini naik tipis dari realisasi setoran dividen 2016 sebesar Rp 12,42 triliun.
Target setoran dividen bank BUMN ini sedikit lebih tinggi dari rencana awal pemerintah dalam RAPBN 2018 sebesar Rp 10,9 triliun. "Sebelum menentuÂkan besaran dividen, pemerintah mempertimbangkan terkait rasio kecukupan modal perbankan yang dijaga pada angka 20 persÂen," kata Gatot
Dividen payout ratio Bank BUMN ini mempertimbangkan rasio kecukupan modal (CAR) di level tertentu. Mandiri misalnya menjaga CAR sebesar 19,65 persÂen. BRIdan BNImenjaga CAR dilevel 22,53 persen dan 18,45 persen. BTN juga akan menjaga CAR diangka 16,79 persen. "Usulan dividen inni tergantung dari kinerja masing-masing bank BUMN sampai akhir tahun," pungkas Gatot. ***
BERITA TERKAIT: