Ekonom Bright Institute, Yanuar Rizky menuturkan, tingkat konsumsi masyarakat yang hanya selisih 0,02 persen secara tahunan di Triwulan ke-3 Tahun 2025 ini, dipengaruhi kepercayaan masyarakat pada tata kelola fiskal Purbaya.
"Katakan saja efek Purbaya. Efek ini memberikan optimisme orang, sehingga akhirnya mau belanja," ujar Yanuar dalam podcast kanal Youtube Forum Keadilan, dikutip redaksi pada Jumat, 26 Desember 2025.
Meskipun persentase konsumsi masyarakat selisih sedikit, yakni di Triwulan ke-3 Tahun 2025 hanya 4,89 persen, lebih rendah dari Triwulan ke-3 Tahun 2024 yang sebesar 4,91 persen, tetapi secara tidak langsung menunjukan sentimen penurunan.
Kendati begitu, Yanuar mendapati data dari Bank Indonesia (BI) yang mencatatkan arus keluar uang lebih tinggi daripada arus uang masuk ke kas atau rekening kebanyakan nasabah.
"Data menunjukkan, selama setahun ini, dari data clearing Bank Indonesia, orang ngambil uang (kas keluar/outflow) dari bank, dibandingkan inflow (yang masuk ke bank), posisinya masih negatif, lebih banyak outflow daripada inflow," urainya.
Meskipun tidak menyebutkan secara rinci besaran alur keluar masuk uang yang dicatatkan BI, Yanuar menganggap data umum tersebut mengindikasikan adanya fenomena penarikan uang tabungan oleh masyarakat.
"Jadi, clear nih. Kita lihat data nih. Artinya dari data itu, fenomena makan tabungan masih terjadi. Berarti kan orang tetap mengambil tabungannya, Pak. Iya nggak? Betul dia optimis, ambil aja deh, karena saya optimis sama dia (Purbaya)," tuturnya.
"Tapi satu yang bisa menjelaskan, makan tabungan masih tetap terjadi," demikian Yanuar menambahkan.
BERITA TERKAIT: