"TPP sekarang ini motornya Amerika. Jika Amerika menarik diri dari TPP, maka TPP menjadi sangat tidak menarik," ucap RoÂsan di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, beberapa penÂgusaha di negara lain juga menÂgungkapkan TPP sudah beraÂkhir.
Dengan kondisi begitu, IndoÂnesia harus mencari pasar yang lain untuk meningkatkan ekspor. Selama ini, Indonesia banyak mengekspor produk ke AS. Dengan batalnya AS dalam TPP tersebut, tentu membuat kondisi pasar global menjadi tidak berÂbeda dengan sebelumnya.
"Karena ekspor kita banyak yang ke Amerika, terutama unÂtuk garmen, yang tadinya kita harapkan kalau TPP ini lebih terbuka pasarnya, jadi sama saja," kata dia.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita mengatakan, kebijakan Trump akan mendorÂong semakin banyak barang imÂpor masuk ke Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki pangsa pasar yang cukup besar untuk produk impor. Salah satunya, produk impor dari China.
"Pada akhirnya nanti Indonesia menjadi pasar buangan dari China. Mereka punya produk banyak di ekspor ke Amerika, nanti dibuang ke Indonesia," kata Suryadi.
Untuk mengantisipasi dampak tersebut, pemerintah harus terus mencegah serangan produk impor ilegal. Jika tidak dicegah, maka sektor manufaktur akan mati.
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia menilai, Indonesia harus tetap menjalin kerja sama perdagangan dengan AS pasca Negeri Super Power itu keluar dari TPP.
Menurutnya, pembatalan TPP tetap akan berdampak positif terhadap Indonesia. Pasalnya, kebijakan Amerika tersebut akan menggairahkan ekonomi AS dan memperkuat sisi permintaan PaÂman Sam, termasuk impor.
"Sebab itu, Hipmi meminta pemerintah bersiap memperkuat dan mengekplorasi peluang ekspor apa yang berpeluang diÂgarap pengusaha ke depan. Kita ingin lihat proyeksinya pasca Trump terpilih," ucapnya.
Bahlil berpendapat, kebijakan ekonomi Trump merupakan anti tesis dari kebijakan perdagangan bebas yang dibuat rezim-rezim sebelumnya. Kebijakan perdaÂgangan bebas yang dipelopori Washington itu ternyata malah melemahkan ekonomi AS sendÂiri dan memperkuat industri sejumlah negara seperti China, Taiwan, Meksiko, dan VietÂnam.
Masih Lakukan Kajian Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerÂintah masih melakukan kajian lebih dalam, sebelum memutusÂkan masuk TPP.
"Kami itu juga sedang memÂpelajari. Jadi kami nggak perÂnah bilang bahwa kita sudah di dalam. Baru mau," ungkap Darmin.
Darmin meyakini pernyataan Trump tentang TPP masih sebaÂtas wacana. Hingga sekarang beÂlum ada keputusan resmi bahwa AS keluar dari TPP. "Tapi itu kan baru maunya. Jangan dianggap sudah keluar lho. Baru maunya saja," ujarnya.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian PerdaÂgangan (Kemendag) Tjahja Widayanti mengatakan, pemerÂintah tetap memegang teguh untuk menyelesaikan kajian TPP meskipun Trump bakal menarik AS dari perjanjian perdagangan bebas tersebut.
"Ini suatu kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan pemÂbenahan (perdagangan) walaupun ada atau tidak adanya TPP. Kajian TPP ini sudah dirancang jauh-jauh hari sebelum terpilihnya Trump, kami harus selesaikan sampai akhir," ujar Tjahja.
Sebelumnya, Presiden AS terpilih, Donald Trump mengaÂtakan, Washington akan menarik diri dari perjanjian perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) pada hari pertama ia menjabat. Trump menegaskan, tindakanÂnya itu sejalan dengan janji kampanye pemilihan presiden yang dia sampaikan
"Saya sudah meminta tim transisi menyediakan daftar tinÂdakan eksekutif yang dapat kita ambil untuk memulihkan hukum dan mengembalikan pekerjaan," kata Trump. ***
BERITA TERKAIT: