Angka tersebut naik dibandingkan Oktober 2025 yang tercatat sebesar Rp2.450,7 triliun. Kondisi ini mencerminkan penyaluran kredit ke sektor riil tertahan meski likuiditas perbankan relatif memadai.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Solikin M Juhro mengatakan, tingginya
undisbursed loan ini terjadi karena sikap investor yang masih bersikap
wait and see di tengah dinamika ekonomi dan tingkat suku bunga yang relatif tinggi.
“Dari sisi demand (permintaan) mereka berpikir wah daripada saya pinjam suku bunga tinggi, saya mendingan pakai dana internal atau dana dari sumber yang lain,” ujar Solikin dalam Taklimat Media di Jakarta, pada Senin 22 Desember 2025.
Menurut Solikin, BI telah mengidentifikasi bahwa permasalahan utama berasal dari sisi permintaan yang rendah, imbas suku bunga perbankan yang masih tinggi.
“Untuk itu kita memperkuat koordinasi untuk mendorong respons sisi demand,” kata Solikin.
Untuk diketahui, hingga akhir November 2025 suku bungakredit perbankan hanya turun 24 basis point (bps) dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96 persen pada November 2025.
BERITA TERKAIT: