"Ibu menteri (Menteri BUMN Rini Soemarno) tetap menargetkan bulan April. Saya sih masih optimistis karena
rolling stock atau keretanya sudah pasti datang," tutur Edi di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, saat ini pembeÂbasan lahan sudah selesai dan transportasi tersebut menuju bandara sudah dinantikan masyarakat. KA bandara juga akan menjadi tumpuan transÂportasi oleh masyarakat.
Seperti diketahui, proyek KA bandara dikerjakan oleh PT Railink, anak perusahaan KAI dan PT Angkasa Pura II. Nilai proyek diperkirakan mencapai Rp 2,7 triliun. KA di bandara Soetta akan menjadi akses dari dan menuju pusat kota. Di Bandara Soetta juga terdapat Automated People Mover System atau APMS yang memudahkan perpindahÂan penumpang antara Terminal 1, 2, dan 3.
Menyoal rencana pembanÂgunan KA Bandara InternaÂsional Adi Soemarno, Solo, ia mengaku tengah melakukan studi kelayakan. KAI serta PT Adhi Karya dan PT Angkasa Pura Iakan bekerja sama denÂgan pemerintahan setempat.
"Karena itu juga sama denÂgan pembenahan Malioboro, sehingga perlu kerja sama dengan pemerintah daerah setempat," jelas Edi.
Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai, pengerjaan proyek kereta banÂdara sudah sewajarnya diperÂcepat mengingat pemerintah melalui Angkasa Pura II juga telah mengoperasikan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
"Kapasitas penumpang yang memakai jasa penerbangan ke depan bakal bertambah. OtoÂmatis perlu di-support dengan pilihan moda transportasi selain kendaraan pribadi, taxi dan bus," kata Djoko kepada
Rakyat Merdeka.
Meski diakuinya, pengemÂbangan KA bandara sangat terlambat diadakan di banÂdara Soetta. Sebab, KA banÂdara sudah lebih dulu ada di bandara Kualanamu, MeÂdan. Keberadaan KA banÂdara tersebut diharapkan dapat menjadi moda transportasi alternatif bagi pengguna jasa penerbangan, mengingat akses menuju bandara melalui jalan tol kian padat.
"Memang harus ajak instansi lain yang berdekatan dan berÂsentuhan dengan hal ini. KarÂena memberikan transportasi yang layak dan mumpuni bagi masyarakat merupakan PR (pekerjaan rumah) yang cukup berat," tandas Djoko.
Menurutnya, hampir seÂmua bandara internasional di dunia sudah pasti terhubung dengan jalur rel kereta untuk memudahkan mobilitas pengÂgunanya menuju pusat kota. Sekaligus, merupakan kebuÂtuhan dan pilihan alternatif moda bertransportasi.
"Hanya bandara di IndoÂnesia saja yang tidak pernah memikirkan ada akses jalan rel menuju bandara. Baru ada di bandara Kualanamu Medan saja dan Yogyakarta yang suÂdah beroperasi," katanya.
Padahal, sebagai banÂdara berpredikat bandara inÂternasional, lanjutnya, pemerÂintah harus memiliki perenÂcanaan yang lebih baik dalam memberikan kemudahan akses dari dan menuju bandara. Sayangnya, kereta banÂdara untuk ibukota belum terealisasi hingga saat ini.
Selain Bandara Soetta, ia juga mengimbau agar peÂmerintah membangun jalur rel kereta bandara yang dapat terhubung dengan terminal banÂdara internasional Ahmad Yani, Semarang. Serta beberapa banÂdara lainnya seperti Bandara InÂternasional Minangkabau di PaÂdang (status menunggu operaÂsional), Bandara Internasional Juanda di Surabaya, Bandara Syamsudin Noor di BanjarÂmasin, Bandara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin II di Palembang (sedang dikÂerjakan).
Hal ini sesuai dengan RIPÂNAS (Rencana Induk PerkereÂtaapian Nasional) 2011-2030 yang merencanakan adanya akses jalan rel ke bandara. ***
BERITA TERKAIT: