Peternak Lebih Suka Pakai Vaksin Ilegal

Lebih Murah Dan Kualitasnya Sama

Minggu, 31 Juli 2016, 09:38 WIB
Peternak Lebih Suka Pakai Vaksin Ilegal
foto:net
rmol news logo Produsen industri vak­sin hewan lokal meminta pemerintah untuk menekan peredaran jumlah produk impor ilegal karena mengu­rangi pendapatan. Perusa­haan lokal juga telah berhasil meningkatkan kualitas vaksin buatannya.

Ketua Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi), Andi Wi­janarko mengatakan, jika ada isu vaksin palsu untuk hewan kalangan peternak tidak perlu khawatir akan ada bahayanya. "Produk yang beredar seka­rang ini yang digunakan oleh peternak itu asli semua jadi tidak perlu ada ketakutan," kata Andi kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut dia, produk apa pun di Indonesia memang memiliki potensi untuk dipal­sukan, termasuk obat-obatan untuk hewan. Apalagi obat dan vaksin hewan yang jum­lahnya sangat banyak dengan manfaat serta harga yang ber­beda-beda. Menurut dia, yang dikhawatirkan oleh produsen vaksin hewan lokal adalah obat dan vaksin ilegal.

"Obat ilegal itu dia tidak terdaftar di Kementerian Per­tanian karena masuk tanpa melalui jalur yang resmi dan tidak ada pengecekan sebelum digunakan," terangnya.

Menurut Andi, pihak yang lebih dirugikan paling besar dengan adanya vaksin ile­gal adalah pelaku industri vaksin hewan. Karena ilegal itu biasanya memiliki harga jauh lebih murah. Sedangkan, kualitasnya sama.

"Biasanya perusahaan pengedar vaksin ilegal berusa­ha menjaga kepercayaan dari kalangan peternak. Sehingga permintaan terus meningkat. Karena itu, pemerintah harus bisa menekan jumlah vaksin ilegal," jelasnya.

Vaksin impor yang resmi, kata dia, harganya jauh lebih mahal di atas harga vaksin lokal. Kendati mahal, ada juga peternak lebih senang meng­gunakan produk impor karena kualitas dan manfaatnya lebih banyak dibandingkan buatan lokal.

Tapi sekarang vaksin lokal, kata Andi, sudah berusaha menciptakan manfaat serupa dengan impor. "Sehingga har­ganya pelan-pelan juga naik," tukasnya.

Kepala Divisi Obat Hewan PT Caprifarmindo Laborato­ries, Maryono mengatakan, vaksin hewan yang diproduksi di dalam negeri pada dasarnya memiliki kualitas yang sama baiknya dengan produk impor. Negara produsen vaksin ke­banyakan berasal dari Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia.

"Sebetulnya vaksin lokal sekarang lebih unggul karena sesuai dengan kondisi penya­kit hewan di dalam negeri," katanya.

Dari catatannya, sepanjang tahun lalu kebutuhan peternak masih dipenuhi oleh produk impor dengan persentase seki­tar 70 persen dan sisanya lokal. "Vaksin kebutuhan industri peternakan nasional banyak dipasok dari produk impor, maka industri vaksin di Indonesia sulit majunya," katanya.

Harganya Harus Kompetitif

Pelaku industri di bidang ternak perunggasan berharap dengan banyaknya perusa­haan vaksin baru yang mena­namkan investasnya di Tanah Air harga jualnya bisa lebih kompetitif.

"Dengan adanya perusa­haan baru ini maka harga bisa bersaing," ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indone­sia (Pinsar), Leopold Halim.

Dikatakannya, saat ini ada banyak vaksin dengan man­faat yang berbeda-beda. Se­muanya itu diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar dari dalam maupun luar neg­eri. Namun, sayang harganya masih mahal.

"Vaksin itu banyak sekali ada berpuluh-puluh macam jenis, ayam kita per ekor harus diberi vaksin yang berbeda-beda," jelasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA