Berbicara dalam wawancara dengan media Spanyol,
Cadena Ser, Roca yang berasal dari Chili menggambarkan situasi ketika kerusuhan terjadi usai Arema dikalahkan oleh Persebaya dengan 2-3.
Roca mengatakan, ketika ribuan suporter menyerbu lapangan, ia langsung pergi ke ruang ganti, sementara beberapa pemain masih ada di lapangan.
"Ketika saya kembali dari konferensi pers, saya melihat tragedi di dalam stadion. Orang-orang lewat dengan membawa korban di tangan mereka," ujar Roca.
Bahkan Roca menyebut, terdapat suporter yang meninggal dipelukan pemain.
"Yang paling mengerikan adalah ketika korban datang untuk dirawat oleh tim dokter. Sekitar 20 orang datang dan empat meninggal. Suporter meninggal di tangan para pemain," lanjut Roca.
"Saya hancur secara mental. Saya merasakan beban yang berat, bahkan tanggung jawab yang berat," tambahnya.
Berdasarkan data resmi, tragedi berdarah di Kanjuruhan telah memakan 125 korban jiwa, termasuk 17 di antaranya merupakan anak-anak. Ini menjadi salah satu tragedi paling mematikan di dunia.
BERITA TERKAIT: