Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (21/7), Kementerian Luar Negeri UEA mengecam dan menyatakan keprihatinannya atas tindakan pembakaran salinan Al Quran yang kembali terjadi oleh kelompok ekstremis di Swedia.
"Kementerian Luar Negeri telah memanggil Charge D'Affaires di Kedutaan Besar Kerajaan Swedia untuk UEA, dan menyerahkan catatan resmi protes kami terhadap serangan berulang dan pelanggaran terhadap salinan Al Quran yang dilakukan oleh ekstremis di Kerajaan Swedia," kata Kementerian Luar Negeri UEA.
Kementerian juga menyoroti bahwa keputusan pemerintah Swedia untuk mengizinkan peristiwa semacam itu telah mencerminkan pengabaian tanggung jawab internasional dan kurangnya rasa hormat terhadap nilai-nilai sosial.
Selain itu, UEA juga menekankan pentingnya pemantauan dan penanganan ujaran kebencian dan ekspresi rasisme di negara tersebut, yang dapat berdampak negatif terhadap perdamaian dan keamanan di masyarakat.
Kebebasan berekspresi, menurut Kementerian, tidak boleh digunakan sebagai pembenaran untuk tindakan keji semacam itu.
Mengutip
Anadolu Agency, Sabtu (22/7), rencana pembakaran Al Quran telah memicu aksi protes dan penyerbuan di Kedutaan Besar Swedia di Irak pada Kamis.
Penyerbuan terhadap misi diplomatik Stockholm tersebut telah dikecam oleh Kementerian Luar Negeri Swedia sebagai pelanggaran serius terhadap Konvensi Wina.
Sebagai tanggapan atas serangan di kedutaannya di Baghdad, Salwan Momika kembali menodai Al Quran dengan menginjaknya dan juga membakar bendera Irak di depan Kedutaan Besar Irak di Swedia.
Hal tersebut telah kembali memicu ketegangan antara Swedia dengan negara-negara Islam atas isu sensitif ini yang terus kembali terulang.
BERITA TERKAIT: