Tiba-tiba publik dikejutkan dengan munculnya
breaking news bahwa Mabes Polri ditembaki oleh seorang wanita tak dikenal pada Rabu (31/3) sekitar pukul 16.30.
Pemberitaan yang muncul pun menjadi terkesan dramatis, bahwa seolah yang mau dijadikan target adalah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Sebab menurut sebagian berita, lokasi penembakan terjadi di dekat ruang kerja Kapolri.
Berita tersebut cenderung spekulatif dan sangat ngawur.
Sebab, ruang kerja Kapolri, samasekali tidak ada di dekat lokasi penembakan tersebut. Sangat jauh jaraknya ke ruang kerja Kapolri.
Perempuan itu masuk dari pintu belakang Mabes Polri.
Sudah hampir 2 tahun (atau bahkan lebih), pintu masuk ke Mabes Polri bagi masyarakat luar, termasuk bagi wartawan, hanya dari 1 pintu saja yaitu dari pintu belakang.
Maka, itu sebabnya perempuan tersebut masuk dari pintu belakang.
Ia mengaku kepada petugas jaga di pintu belakang bahwa ia hendak ke Kantor Pos.
Sebagai informasi, di dalam Komplek Mabes Polri memang ada Kantor Pos (kecil).
Tetapi, jika melihat rute perempuan ini berjalan, artinya kemarin ia tersesat.
Atau, ia terkejut dan tak enak hati, karena harus melewati masjid yang terletak di dalam Mabes Polri saat akan melakukan penyerangan.
Jika ia ditugaskan ke arah Kantos Pos, maka rute yang harus ia lewati adalah Kantor Divisi TIK, lalu belok kiri.
Begitu ia belok kiri, maka satu-satunya bangunan yang akan ia lewati di sayap kiri adalah masjid.
Karena ia tak ingin atau bisa jadi karena ia malu hati melintasi masjid, ia kemungkinan memutuskan berjalan lurus.
Tidak jadi belok kiri ke arah Kantor Pos.
Sebab kalau ia tetap ke arah Kantor Pos maka mau tak mau ia harus melewati masjid.
Saat ia memutuskan berjalan lurus, apa boleh buat yang akan ia jumpai disana 2 saja. Yaitu pohon rindang (di sebelah kiri) dan pos jaga depan (di sebelah kanan).
Jadi, ketika perempuan ini mondar-mandir, hilir mudik berjalan kaki ke sana kemari, yang ia kelilingi hanya pos jaga tadi.
Di situlah ia melepaskan 6 tembakan!
Sementara, anggota kepolisian yang berdatangan ke arah perempuan ini, datang dari berbagai penjuru di Mabes Polri.
Salah satunya, yang keluar dari pintu depan Gedung Utama. Lalu, datang dari berbagai titik lain.
Kemudian dari bagian atas gedung Mabes Polri, juga dimungkinkan ada sniper dari jajaran kepolisian.
Maka, apa boleh buat, tembakan yang datang dari berbagai penjuru, tak bisa dihindari.
Jadi, salah besar jika disebutkan bahwa Kapolri yang menjadi target.
Jikapun perempuan itu jadi dan mau berjalan ke arah Kantor Pos (melewati masjid), ruang kerja Kapolri pun teramat jauh dari situ.
Sebab yang dimaksud dengan Kantor Pos di dalam komplek Mabes Polri hanya selemparan batu jaraknya dengan pos penjagaan samping yang dijaga pasukan bersenjata.
Artinya, perempuan ini nol pengetahuan tentang situasi di dalam Mabes Polri.
Gedung-gedung apa yang terhampar di dalam komplek Mabes Polri, ia pun tak tahu.
Maka tak heran, jika perempuan ini terkejut melihat adanya masjid sangat megah dalam komplek Mabes Polri, yang wajib ia lewati jika hendak ke Kantor Pos.
Lalu jika di Kantor Pos ia mengeluarkan tembakan, tak perlu lama.
Pasukan jaga bersenjata di pintu samping, akan segera datang melumpuhkan dirinya.
Mustahil untuk bisa masuk menerobos ke ruang kerja Kapolri atau Wakapolri. Sebab ruang kerja kedua pimpinan ini ada di lantai atas.
Di mana sejak di lantai dasarnya, sistem masuk ke gedung itu sudah sejak belasan tahun lalu memakai sistem digitalisasi.
Cara masuk ke semua pintu di Mabes Polri memang sudah lama sangat canggih dengan cara digitalisasi.
Dan di semua sudut terdapat kamera CCTV.
Maka tak heran, begitu kemarin terdengar suara tembakan pertama maka pihak Mabes Polri sudah melacak posisi perempuan ini.
Lalu mendatangkan pasukan bersenjata Polri dari berbagai arah.
Sial perempuan ini, karena kemarin ia tersesat di dalam Mabes Polri.
Ia ingin mengeluarkan tembakan di Kantor Pos Mabes Polri. Tapi karena ia harus melewati masjid jika mau berjalan ke Kantor Pos, ia putuskan berjalan lurus.
Hingga akhirnya perempuan itu tersesat karena jalan mentok di gerbang depan, hanya ada pos jaga saja.
Jarak dari situ, jauh sejauh-jauhnya dengan ruang kerja Kapolri.
Sebab perempuan itu tersesat sampai ke pintu gerbang depan Mabes Polri, hanya karena ia menghindari untuk melewati masjid.
Tapi yang harus diingatkan kepada Mabes Polri adalah pemeriksaan di setiap pos jaga harus dilengkapi dengan detektor untuk melacak ada tidaknya senpi atau bom yang dibawa tamu.
Agar jangan terulang, ada terduga teroris yang salah jalan hingga akhirnya menembaki petugas jaga di gerbang Mabes Polri.
BERITA TERKAIT: