Saya merasa prihatin ketika BJ Habibie dihujat berbagai pihak akibat menyetujui referendum Timor Timur yang kemudian melahirkan Timor Leste.
Saya merasa prihatin ketika Gus Dur dilengserkan akibat dianggap melanggar konstitusi padahal justru mematuhi konstitusi karena mencegah para pendukung Gus Dur melawan pelengseran.
Saya merasa prihatin ketika Jokowi dihujani berbagai fitnah termasuk terhadap latar belakang ayah kandung putra terbaik kelahiran Solo bernurani kerakyatan dan kemanusiaan itu.
Saya merasa prihatin ketika Susilo Bambang Yudhoyono yang telah kehilangan istri tercinta harus menyaksikan partai politik yang dipimpin putra sulung tercinta menghadapi musibah politik.
Mohon dimaafkan apabila rasa prihatin saya terhadap derita para sahabat melukai perasaan para sesama warga Indonesia yang kebetulan tidak menyukai para sahabat saya.
Maka saya siap menerima konsekuensi dihujat akibat ungkapan Mitgefuehl alias ikut merasakan derita para sahabat sebagai sekedar ikhtiar sederhana mengejawantahkan makna luhur terkandung pada sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, menjadi kenyataan di panggung politik Nusantara masa kini yang sedang lebih diwarnai kebencian ketimbang kemanusiaan.
Penulis adalah budayawan senior, Pendiri Museum Rekor Indonesia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: