Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pertempuran Leipzig, Berakhirnya Kekuatan Prancis Dan Kekalahan Napolen Atas Wilayah Eropa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 19 Oktober 2020, 05:40 WIB
Pertempuran Leipzig, Berakhirnya Kekuatan Prancis Dan Kekalahan Napolen Atas Wilayah Eropa
Wilayah Pertempuran Leipzig/Net
rmol news logo Ini adalah pertempuran besar yang melibatkan banyak negara dengan ratusan ribu pasukan. Ini juga menjadi pertempuran dengan kekalahan terbesar seorang komandan militer yang gagah berani, Napoleon Bonaparte.

Komandan militer yang terkenal gagah perkasa dengan banyak kemenangan di berbagai arena pertempuran akhirnya harus mengalami kegagalan terparah. Semuanya berawal dari kegagalannya menaklukkan Kekaisaran Rusia pada 1812, lalu berlanjut pada kekalahannya melawan negara-negara Eropa dalam pertempuran Leipzig, 19 Oktober 1813.

Ketika itu, Rusia tidak menghiraukan kebijakan Sistem Kontinental yang diterapkan oleh Prancis atas wilayahnya. Rusia terkesan menentang Prancis dengan menerapkan pajak tinggi kepada berbagai komoditas perdagangannya, membuat pemerintah Prancis di bawah pimpinan Napoleon memusatkan perhatiannya untuk menginvasi wilayah Rusia pada 1812.

Pertempuran itu terjadi di Kota Brodino, sebelah barat Moscow. Namun, Rusia dengan segera memutuskan mundur karena melihat jumlah pasukan Prancis yang besar. Merasa di atas angin, pasukan Prancis terus bergerak maju.

Sayangnya, mereka lengah, tidak menduga bahwa dalam waktu yang teramat singkat Rusia telah memiliki strategi di balik keputusan mundurnya itu.

Ketika Prancis memasuki wilayah pinggiran kota Moscow, Prancis terkejut karena kota itu telah kosong. Dalam keadaan terheran-heran pasukan Prancis semakin bergerak maju hingga ke arah timur, tidak menyadari bahwa posisi mereka kian jauh dari pusat logistik.

Mereka pun mesti bertahan dengan memanfaatkan segala makanan dan barang yang mereka temukan di kota yang mereka duduki, yang nyaris telah dikosongkan oleh pasukan Rusia.
Strategi pasukan Rusia untuk melemahkan pasukan Prancis, yang tidak mengetahui keadaan medan di wilayahnya, berhasil.

Dalam 'Buku Babon Sejarah Dunia', yang ditulis H. Kenzou Alvarendra (2017), disebutkan bahwa pasukan Prancis mulai kesulitan untuk bertahan. Beberapa fasilitas logistik yang ada di kota yang sudah dikosongkan itu, dibakar oleh pasukan Rusia yang diam-diam menyelinap.

Cuaca dingin yang ekstrim, tanpa pakaian tebal, tanpa makanan, juga tanpa tempat tinggal yang layak, tanpa amunisi, dan masih harus menerima serangan dari Rusia, membuat pasukan mulai lemah. Napoleon pun segera menarik mundur pasukannya, kembali ke Prancis. Dalam perjalanan, di antara mereka banyak yang tidak bisa bertahan karena kelaparan, ekstrimnya cuaca, dan juga kelelahan.

Jumlah pasukan Prancis yang semula 680.000 menjadi hanya beberapa ribu saja. Membuat Pasukan Rusia bersemangat untuk menyerang Prancis.

Ternyata bukan hanya Rusia yang semangat melancarkan serangan. Di tengah lemahnya kondisi pasukan, Prancis harus menghadapi serangan negara-negara Eropa yang berkoalisi. Di sinilah terjadi pertempuran besar yang menghantam Napoleon yang menyeretnya dalam kekalahan.
Pada 16-19 Oktober 1813, terjadilah Pertempuran Leipzig, di Kota Saxony (atau Sachsen) Jerman. Pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran Banyak Bangsa, karena hampir semua negara Eropa terlibat, antara lain Italia, Jerman, Prusia, Austria, Rusia, resimen roket Inggris, Prancis, Polandia, dan Swedia. Semua menyerang Prancis.

Tetapi ada juga orang Jerman yang berpihak kepada Napoleon, berasal dari pasukan Konfederasi Rhein.

Ini adalah pertempuran terbesar di Eropa sebelum Perang Dunia I, karena melibatkan sekitar setengah juta tentara.

Pasukan Rusia, Prusia, Swedia, dan Austria, telah terkoordinasi dengan jumlah kekuatan mencapai 370.000 tentara dan 1.384 senjata api. Sementara kekuatan Napoleon hanya mencapai 198.000 tentara dengan 717 senjata api, seperti dikutip dari Historia.

Pada saat Napoleon dan pasukannya masih mengatur posisi dan strategi, musuh-musuh dengan kekuatan yang luar biasa tak bisa lagi membendung hasrat menggempur Prancis habis-habisan. Prancis pun harus mundur, mundur sejauh-jauhnya sampai ke dalam wilayah mereka sendiri.

Ketika Prancis terpaksa harus mundur, bencana lebih dahsyat terjadi. Strategi penghancuran jembatan malah menjadi senjata makan tuan yang menyebabkan banyak pasukan bagian belakang yang tertinggal dan terjebak.

Korban yang dikutip dari Wikipedia diperkirakan mencapai sekitar 73.000 tentara Prancis dan 54.000 sekutu.

Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh pasukan koalisi untuk masuk ke wilayah Prancis. Pertempuran kembali dilanjutkan di wilayah Prancis yang berjalan sangat ketat. 

Pasukan koalisi akhirnya menundukkan Kota Paris pada April 1814. Mereka memaksa Napoleon lengser dari jabatannya sebagai penguasa Prancis. Napoleon berhasil ditangkap hidup-hidup dan diputuskan untuk dibuang ke pulau Elba, yang terletak di sebelah barat Italia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA