Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Balasan Iran Atas Amerika Telah Dimulai

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Rabu, 08 Januari 2020, 17:54 WIB
Balasan Iran Atas Amerika Telah Dimulai
Foto:Net
TERNYATA Iran memilih dua pangkalan militer Amerika di Irbil yang terletak di wilayah Kurdistan, dan Ain Al Assad di Provinsi Al Anbar dengan menggunakan puluhan rudal balistik yang diluncurkan dari wilayah Iran, sebagai sasaran awal balasan atas kematian Komandan Brigade Al Quds Iran Mayor Gendral Qassem Soleimani yang dihabisi oleh tentara Amerika dengan menggunakan drone jenis Reaper MQ-9, saat baru saja meninggalkan bandara internasional  Bagdad, Jumat (3/1).

Paling tidak Iran tengah mempertimbangkan 13 skenario pembalasan, kata Sekretaris Dewan Keamanan Mahkamah Nasional Iran, Ali Shamkhani. Tel Aviv dan Haifa di wilayah Israel disebut oleh sejumlah media menjadi bagian dari daftar sasaran.

Tembakan rudal permukaan ke permukaan jenis Fateh-33 buatan dalam negri Iran ini, disebutnya sebagai bagian dari operasi "Martir  Soleimani" yang dilakukan oleh Divisi Luar  Angkasa dari Garda Revolusi (IRGC), telah menimbulkan kebakaran dan kerusakan serius di dua pangkalan militer milik AS tersebut. Menurut kantor berita Iran Republic News Agency (IRNA), sejumlah pesawat tempur yang sedang parkir ikut menjadi korban.

Serangan balasan ini diikuti dengan pesan politik dari Garda Revolusi (IRGC), yang menyatakan bahwa tentara Amerika dan sekutunya harus angkat kaki dari seluruh wilayah Timur Tengah, jika tidak ingin melihat mereka lebih banyak lagi pulang dalam peti mati. Menurut TV resmi Iran, paling tidak ada 80 prajurit yang tewas akibat serangan ini.

Asisten Mentri Pertahanan Amerika Jonathan Hoffman telah memberikan konfirmasi, bahwa serangan ini dilakukan pada Selasa (7/1), pukul 17.30 waktu AS atau Rabo malam (8/1) waktu setempat, yang menimbulkan sejumlah kerusakan. Besarnya kerusakan dan jumlah korban manusia sedang diinvintarisir.

Sejumlah sekutu AS yang ikut dalam pasukkan gabungan, secara berangsur telah meninggalkan negri 101 malam itu. Sebagaimana dinyatakan oleh Menlu German Heiko Mass yang dikutip Reuters, bahwa tentaranya dipindah ke sejumlah negara Arab seperti Kuwait, dan Jordania. Langkah German diikuti oleh Slovakia dan sejumlah tentara asing lain.

Akan tetapi Presiden Amerika Donald Trump menegaskan, bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk meninggalkan Irak. Sampai kapan Trump akan bertahan dengan sikapnya ini, tentu sangat ditentukan oleh perkembangan politik di dalam negrinya.

Partai Demokrat yang menjadi oposisi menyalahkan keputusan sang Presiden yang dianggap telah mengambil keputusan gegabah, dengan menghabisi nyawa seorang pejabat resmi Iran. Apalagi ide untuk membunuh Soleimani sebenarnya suah muncul sejak dua Presiden Amerika sebelumnya. Akan tetapi, keduanya tidak tertarik untuk menindaklanjutinya.

Menurut The Washington Post, jumlah prajurit Amerika di Timur Tengah berjumlah sekitar 60.000. Dan yang berada di negara-negara tetangga Iran yang rentan terhadap serangan rudal balistik seperti yang dilakukan Iran saat ini antara lain: 6000 di Irak, 13.000 di Kuwait, 13.000 di Qatar, 7.000 di Bahrain, 5.000 di UAE, 606 di Oman, 3.000 di Saudi Arabia, 800 di Suriah, 3.000 Jordan, dan 14.000 di Afghanistan.

Kini sejumlah petinggi di Washington berbicara tentang penyelesaian politik, sekaligus berusaha menghindari eskalasi militer yang meningkat dengan cepat. Bagaimana perkembangan ke depan tampaknya sangat sulit diprediksi, mengingat kemarahan Teheran dan langkah apa berikutnya yang akan diambil tidak mudah diprediksi. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA