Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenal Partai-partai Arab Yang Menjadi Kunci Tumbangnya Netanyahu

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Selasa, 24 September 2019, 16:16 WIB
Mengenal Partai-partai Arab Yang Menjadi Kunci Tumbangnya Netanyahu
Benny Gantz/Net
SEBELUM pemilu yang diselenggarakan 17 September lalu, partai-partai yang berbasis pada komunitas Arab di Israel jarang terdengar, karena memang tidak banyak berperan disamping juga tidak ikut menentukan pemerintahan di Israel.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Akan tetapi pada pemilu kali ini, partai-partai yang tergabung dalam Joint List atau aliansi partai-partai Arab justru yang paling menentukan, dan korbannya tidak tanggung-tanggung adalah Perdana Mentri petahana Benjamin Netanyahu.

Kebangkitan partai-partai Arab di Israel tidak bisa dipisahkan dari kemarahan warga negara Arab Israel atau warga Palestina yang menjadi warganegara Israel. Disamping perlakuan diskriminatif yang mereka terima, yang dunia menyebutnya sebagai Apartheid, ditambah sangat agresifnya Perdana Mentri Netanyahu mencaplok wilayah Palestina, serta upaya sistematisnya menggagalkan perdamaian Palestina-Israel dengan konsep Two States Solution.
 
Aliansi partai-partai Arab yang dipimpin oleh Ayman Odeh berhasil yang menyumbangkan kursi di Kneseset atau Parlemen Israel antara lain: Partai Balad,  Hadash, Ta'al, dan United Arab List.

Kimi partai-partai Arab memiliki 13 kursi, sehingga menjadi kekuatan ketiga di Kneseset, setelah Gerakkan Biru-Putih yang dipimpin oleh Benny Gantz sebagai pemenang dengan 33 kursi, dan Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu yang hanya mampu mengumpulkan 31 kursi.

Menurut Wikipedia jumlah komunitas Arab yang menjadi warganegara Israel sebesar 1.890.000 dari keseluruhan warga Israel yang mencapai 8.710.000 jiwa, atau 20,95 persen. Sebagian besar mereka beragama Islam, sisanya Druz dan Nasrani.

Setiap kali Israel menganeksasi wilayah Palestina baik secara politik maupun lewat perang, pemerintah Israel menawarkan pemindahan kwarganegaraan warga Palestina. Akan tetapi, walaupun tidak banyak, ada juga warga Palestina yang mengganti kwarganegaraannya atas inisiatifnya sendiri, dengan harapan bisa ikut menikmati fasilitas milik negara Israel.

Selama ini meskipun mereka memiliki wakil di Knesset, akan tetapi sulit sekali memperjuangkan aspirasi mereka, dan belum pernah mengirimkan wakilnya untuk duduk di kabinet.

Dan kedepan kalaupun aliansi partai-partai Arab berhasil mengantarkan Benny Gantz menjadi Perdana Menteri, mereka juga tidak akan ikut di Kabinet. Mereka ingin tetap menjaga dan merawat aspirasi konstituennya. Mengingat siapapun yang akan memimpin Israel, dipastikan akan tetap mengecewakan komunitas Arab. 

Karena itu pilihan bagi komunitas Arab di Israel terkait dengan Perdana Mentri adalah memilih diantara yang sangat buruk dan yang buruk.

Sesuai Undang-undang Pemilu di Israel yang menganut sistem Parlementer, kandiat Perdana Mentri memerlukan dukungan minimal 61 kursi dari 120 jumlah anggota Knesset secara keseluruhan, atau 50 persen plus satu kursi. Karena itu Benny Gantz sang pemenang perlu mendapatkan tambahan dukungan dari partai-partai lain untuk bisa dilantik menjadi Perdana Mentri Israel yang baru menggantikan Benjamin Netanyahu.

Sampai saat ini, disamping dari partainya sendiri yang berhasil mengumpulkan 33 kursi, ia telah mendapatkan dukungan dari Partai Buruh Gesher (6 kursi), Partai Uni Demokratik  (5 kursi), dengan demikian dukungan sementara berjumlah 44 kursi.

Bila ditambah aliansi partai-partai Arab, maka jumlahnya akan menjadi 57 kursi. Karena itu Gantz  masih memerlukan tambahan partai lain untuk bisa dilantik.

Tantangan yang dihadapi Benny Gantz antara lain: Pertama, meskipun Ayman Odeh yang menjadi Ketua aliansi partai-partai Arab telah menyatakan dukungannya, akan tetapi  3 anggota Knesset dari Balad belum mendukungnya, dengan alasan Gantz saat menjadi Panglima Tentara pernah memimpin penyerbuan ke Gaza. Karena itu Gantz perlu rendah hati untuk mendekatinya sembari meminta maaf, atau memberikan sejumlah komitmen saat menjadi Perdana Mentri nanti.

Kedua, peluang kursi tambahan lain adalah dari partai Yisrael Beiteinu yang dipimpin Avigdor Lieberman yang memiliki 8 kursi. Lieberman secara terbuka telah menyatakan tidak mendukung Netanyahu. Akan tetapi secara ideologis partai yang dipimpinnya berada di Kanan, sementara aliansi yang dipimpin Gantz secara ideologis berada di Tengah-Kiri. Karena itu, untuk merangkulnya perlu negosiasi dan kompromi.

Ketiga, bila alternatif di atas gagal dilakukan, maka pilihan terakhir yang tersedia adalah menerima tawaran Benjamin Netanyahu untuk merangkul Likud dalam pemerintahan persatuan, dengan mengawinkan 2 partai terbesar. Pilihan ini tidak mudah, disamping perbedaan ideologi juga kerasnya persaingan diantara dua kandidat Perdana Mentri away kampanye, tentu masih menyisakan luka di jajaran partai maupun para pendukungnya.

Benny Gantz telah menyatakan menolak bertemu Benjamin Netanyahu untuk membicarakan tawarannya, dengan alasan, ia tidak bersedia menerima orang yang sedang diproses Pengadilan dengan tuduhan korupsi. Apakah hal ini merupakan bagian dari taktiknya, agar Likud menyodorkan tokoh lain untuk menegosiasikannya ? Atau Gantz ingin membenamkan karir politk Bibi untuk selamanya?  Wallahua'lam

Jika semua opsi di atas gagal, maka Israel harus menyelenggarakan pemilu ulang untuk kedua kalinya. Dengan demikian Israel melakukan pemilu tiga kali dalam setahun. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA