Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Diplomasi Sampah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 21 Agustus 2019, 07:54 WIB
Diplomasi Sampah
Jaya Suprana/Net
PENEMUAN teknologi mesin uap memungkinkan otomatisasi proses produksi maka lahirlah apa yang disebut sebagai Revolusi Industri.

SAMPAH

Revolusi Industri memungkinkan manusia memproduksi produk massal. Produksi massal meningkatkan jumlah dan perilaku konsumen dari individual menjadi massal pula. Setelah produk massal habis dikonsum secara massal maka tersisakanlah apa yang disebut sebagai sampah dalam jumlah berlimpah-ruah.

Semula sampah dianggap sesuatu yang mubazir maka sekedar dibuang lalu dianggap tidak ada masalah lagi. Namun setelah jumlah sampah yang harus dibuang terus-menerus meningkat maka sampah menjadi permasalahan tersendiri. Lambat laun bahkan sampah memiliki nilai ekonomis yang kemudian bahkan merambah ke ranah politik bukan hanya urusan dalam negeri namun juga ke luar negeri menjadi apa yang disebut sebagai diplomasi sampah.

KANADA-FILIPINA

Contoh termutakhir diplomasi sampah adalah apa yang terjadi antara Kanada dan Filipina yang sebenarnya secara geografis terletak cukup berjauhan terpisahkan oleh samudra Pasifik. Menjelang akhir bulan Juni 2019, Kanada menerima puluhan ton sampah yang dikembalikan oleh Filipina.

Peristiwa bersejarah itu mengakhiri sebuah konflik diplomatik berkepanjangan antar kedua negara. Sampah-sampah itu dikirim menggunakan kapal kargo yang memuat sekitar 69 kontainer sampah merapat di sebuah pelabuhan di pesisir barat Kanada.

Pemerintah Kanada selanjutnya berkenan menerima sampah itu dan membakarnya di fasilitas limbah dan energi di dalam wilayah Kanada. Pertikaian sampah antara Kanada dan Filipina bermula pada tahun 2013 ketika sebuah perusahaan Kanada mengirimkan kontainer yang diberi label sebagai plastik daur ulang ke Filipina.

PERANG DAGANG

Kontainer itu ternyata berisi campuran sampah kertas, plastik, elektronik, limbah rumah tangga termasuk sampah dapur dan popok, padahal undang-undang Filipina melarang penimbunan sampah plastik nirdaurulang di bumi Filipina. Masalah sampah mencemari hubungan bilateral selama bertahun-tahun, tetapi ketegangan memuncak pada April 2019 ketika Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan mendeklarasikan “perang dagang” terhadap Kanada kecuali jika Kanada tidak bersedia mengambil kembali sampah mereka.

Kanada melewati dead line 15 Mei 2019 untuk memulangkan sampah, tetapi kemudian membuat pengaturan segera setelah itu untuk repartiarsi sampah kembali ke tanah Kanada.

"Kami berkomitmen dengan Filipina untuk bekerja sama dengan mereka secara damai dan beradab dalam soal persampahan," kata Menteri Lingkungan Kanada Catherine McKenna yang berhasil menenangkan amarah Durterte sehingga membatalkan deklarasi perang dagang akibat sampah antara Filipina versus Kanada. rmol news logo article

Penulis adalah pembelajar geopolitik sampah.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA