Menarik untuk diperhatikan dalam ayat: "Dia (Zakaria) berkata: Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda, (Allah) berfirman, "TandaÂmu ialah engkau tidak dapat berbicara denÂgan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat" (Q.S. Maryam/18:10). FirÂman Allah ini menunjukkan bahwa menahÂan diri untuk tidak berbicara kepada manuÂsia, ternyata sesuatu yang sulit. Apalagi jika ada obyek pembicaraan yang menarik untuk dibicarakan. Bahkan Al-Qur'an menyerukan kita untuk sesekali berada dalam suasana sunyi senyap untuk mengingat Allah swt, sebagaimana dalam firman-Nya: "Sunyi seÂnyaplah segala suara karena (takut) kepada Allah Yang Maha Pengasih, sehingga tiada Engkau dengan kecuali suara halus (bunyi telapak kaki)". (Q.S. Thaha/20:108).
Dalam hadis Nabi juga ditemukan beÂberapa hadis yang menasehatkan agar kita membatasi diri untuk bicara, apalagi bicara sembarangan. Rusulullah bersabda: "BaÂrangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah berkata denÂgan baik atau lebih baik diam". Seruan dan peringatan Allah Swt dan Rasul-Nya agar manusia membatasi diri untuk bicara, teruÂtama jika yang dibicarakan itu menyangkut aib atau fitnah yang dapat menghancurkan nama baik orang lain, sangat banyak mendaÂpatkan penekanan. Ini bisa dimaklumi bawha pembicaraan yang dapat menjadi malapetaÂka orang lain selalu terjadi di dalam sejarah umat manusia.
Perumpamaan yang amat buruk bagi orang yang tega menghancurkan orang lain melaÂlui fitnah dan tudingan disebutkan di dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesÂungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesÂalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu meÂmakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. SesungguhÂnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. al-Hujurat/49:12). DenÂgan terang-terangan mengungkapkan aib atau memfitnah orang lain semakin marak terlihat di dalam masyarakat, terutama setÂelah media massa begitu marak. Ironisnya, perbuatan yang tercela ini paling banyak diÂminati oleh para pemirsa. Perhatikan media infotainmen yang ditayangkan oleh hampir semua TV, baik TV publik maupun TV berÂlangganan. Yang paling banyak menyedot pemirsa ialah tayangan ini. Isi tayangan itu ialah pengungkapan hal-ihwal para selebriti, pejabat, dan tokoh-tokoh publik lainnya. Iai pemberitaan tersebut hampir semuanya tenÂtang hal-hal yang miring yang dapat memoÂjokkan orang lain. Jika tradisi pengungkapan aib, fitnah, dan gosip ini dibiarkan menjadi bagian dari budaya masyarakat kita maka pertanda kita membudayakan sesuatu yang sesungguhnya amat dicela di dalam agama. Dunia diplomasi harus menghindari tradisi yang negatif seperti dilarang Al-Qur'an dan hadis di atas.