Pola kepemimpinan Ratu Balqis yang deÂmokratis mendapat apresiasi positif dari kaÂlangan pejabatnya. Tidak seorang pun di antara para petingginya melawan kebijakanÂnya. Bahkan para pembesarnya cenderung lebih mempercayakan segala urusan negara kepada Ratu Balqis, sebagaimana dijelaskan dalam artikel terdahulu. Ia berhasil meyakinÂkan para untuk memilih tindakan yang diyakiÂni sangat efektif untuk mengambil alih kekuaÂsaan Nabi Sulaiman. Di antara mereka ada yang mengusulkan dengan tindakan keras (
hard power), dengan mengedepankan kekuÂatan balatentara karena mereka yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Sebagian mengÂanjurkan
wait and see dan sebagian lainnya menganjurkan untuk kooperatif dengan meÂnempuh pola
win-win solution. Akhirnya seÂbagai pemimpin yang cerdas, Ratu Balqis mengelaborasi seluruh opsi pembesarnya dengan memilih kebijakan: Pertama diupayÂakan dengan cara memberikan hadiah atau bisa juga disebut sebagai upeti. Kalau cara ini tidak berhasil maka pasukan militer yang berada di baris belakang.
Namun kenyataan menghendaki lain dan di luar perkiraan, kedikjayaan Nabi Sulaiman betul-betul luar biasa sehingga berbagai opsi yang disiapkan tidak relevan. CendeÂramata yang disiapkan beralih dengan misÂterius ke tangan Nabi Sulaiman tanpa seoÂrangpun tahu bagaimana benda itu tiba lebih awal berkat kelihaian jin. Tentara yang tangÂguh Ratu Balqis menjadi tidak berdaya ketika mereka dijemput dengan barisan binatang buas di samping bala tentara Nabi Sulaiman. Meskipun demikian, Ratu Balqis tidak mau kehilangan akal. Meskipun kalah dari berbaÂgai segi tetapi bagaimana mereka tidak meÂrasa kalah dan merasa dipermalukan. DiploÂmasi dalam kondisi darurat dan berfikir jernih di saat-saat genting, membuat Ratu Balqis diterima dan diperlakukan dengan baik oleh Nabi Sulaiman. Keanggunan yang ditampilÂkan Ratu Balqis membuat Nabi Sulaiman terkesima dan malah diperlakukan sebagai tamu agung dan kemudian dalam satu versi cerita Nabi Sulaiman memperisterikannya.
Meskipun seorang Nabi, Sulaiman juga mengajak para pembesarnya untuk bermuÂsyawarah dalam menghadapi kemungkinan sikap yang akan ditempuh oleh kekuatan Balqis. Karena masing-masing menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah dan demokraÂtis, maka akhirnya kedua kubu ini bertemu dan bersatu. Kedua tokoh itu sama-sama memasuki istana (27:44). Bahkan keduanya melangsungkan 'perkawinan' dan melahirÂkan generasi baru yang tangguh. KeuntunÂgan yang diperoleh dari pertemuan kedua tokoh tersebut antara lain, rakyat menjadi seÂnang dan tenang, bersatunya dua kekuatan, terhindarnya dari malapetaka peperangan dan terwujudnya kestabilan dan kesejahteÂraan di dalam masyarakat. Kisah ini juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa, kalau sinerji membawa keuntungan dan keÂmenangan, mengapa harus pecah. Apa yang dilakukan Ratu Balqis dapat juga diterapkan di dalam masyarakat modern, seperti di InÂdonesia.