Allah Swt juga sejak awal mengingatkan kita bahwa diri-Nya juga sangat memuliakan anak-anak manusia, sebagaimana ditegaskan dalam ayat:
Walaqad karramna Bani Adam (Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam). (Q.S. Al-Isra'/17:70). Ayat di atas menggunakan istilah karramna (memuliaÂkan), bukannya menggunakan kata
fadldlalna (menghormati). Yang pertama menekankan aspek kesakralan manusia dan yang kedua menekankan aspek provanitas manusia. Itu artinya Allah Swt menempatkan manusia seÂbagai makhluk utama, konsisten dan sejalan dengan pernyataannya yang mengatakan maÂnusia diciptakan dalam ciptaan terbaik (
ahsan taqwim/Q.S. al-Tin/95:4).
Ayat di atas juga menggunakan kata
Bani Adam (anak-anak cucu Adam), tidak dikatakan
wa laqad karramna al-muslimun (Allah memuliakan orang-orang Islam). Ayat ini menjelasÂkan bahwa perbedaan etnik, agama, golongan, dan kewarganegaraan tidak boleh menjadi penÂghalang untuk berbuat baik antarsesama. SeÂbaliknya perbedaan itu pula tidak boleh menjadi faktor untuk membenci satu sama lain, apalaÂgi kalau hanya perbedaan pilihan dalam poliÂtik praktis yang besiklus lima tahunan, seperti Pemilukada yang rutin dilaksanakan di IndoneÂsia. Allah Swt menegaskan:
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) (Q.S. al-Hujurat/49:11). Dalam ayat lain Allah Swt juga mengingatkan kita seÂmua:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya seÂbagian prasangka itu adalah dosa dan janganÂlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing seÂbahagian yang lain. (Q.S. al-Hujurat/49:12).
Luar biasa ayat-ayat tersebut di atas di dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan. Umat Islam yang menjadi adres utama turunnya Al-Qur’an seharusnya menjadi teladan masyarakat dalam hal penghargaan hak-hak asasi manusia. Nabi Muhammad Saw menjadikan dirinya seÂbagai contoh seorang pribadi ideal yang sangat menghargai nilai-nilai luhur kemanusiaan tanpa membedakan atribut sosial. Banyak sekali hadis Nabi yang mengingatkan umatnya agar menyadi manusia itu sesunggunya memiliki hak-hak asasi yang sama. Nabi pernah menegur sahabatnya yang bertugas di Baitul Mal di masjidnya lantaran ada seorang perempuan tua Yahudi sedang keÂlaparan. Nabi memerintahkan membantu perempuan tua itu dengan mengambilkan kebuÂtuhan pokok dari Baitul Mal. Ia mengisyaratkan bahwa perut lapar itu tidak ada agamanya, siaÂpapun orang yang lapar perlu disuplay makanan. Banyak lagi peristiwa serupa dilakukan Nabi daÂlam lintasan sejarah jidupnya.
Pengalaman yang sama juga dipraktekkan generasi berikutnya seperti Khulafa al-RasyiÂdin, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan generaÂsi tabi'in selanjutnya. Kesemuanya itu menunÂjukkan bahwa Al-Qur’an sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Sangat tidak pantas jika ada orang memÂperatasnamakan Islam, khususnya Al-Qur'an, lalu melakukan kejahatan kemanusiaan seperÂti terorisme dan ujaran kebencian berdasarkan agama (
religious hate speech).
BERITA TERKAIT: