Nabi sendiri pernah menegakkan perjanÂjian di dalam suasana yang amat sulit di daÂlam Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu baru saja ditandatangani Nabi Bersama Suhail ibn Amru, pimpinan delegasi non-muslim QuraiÂsy. Salahsatu Perjanjian itu menyatakan jika umat Islam ditangkap di wilayah yang dikuaÂsai non-muslim Quraisy, maka ia harus ditahan dan kalau umat non-muslim Quraisy ditangkap maka harus segera dibebaskan ke negerinya. Belum bubar acara itu, tiba-tiba salahseorang tawanan sahabat bernama Jandal ibn Suhail lari dari tahanan kaum Quraisy untuk meminta perlindungan Nabi. Namun ia lebih dahulu disÂergap oleh Suhail dan menamparnya di depan Nabi sambil mengatakan: Lihat orangmu ini Muhammad, baru saja kita menandatangani Perjanjian Damai sudah mau kabur. Nabi menÂjawab: Engkau benar wahai Suhail sambil meÂmegang pemuda itu. Nabi meminta pemuda itu untuk kembali ditahan demi menaati perjanjian damai tadi. Pemuda itu berteriak: Wahai umat Islam yang hadir di sini, apakah kalian rela kaÂlau aku diserahkan ke tangan mereka? SahaÂbat Nabi pada diam. Nabi melanjutkan perÂkataannya dengan mangatakan: Wahai Abu Jandal, kembalilah dan bersabarlah, Allah Swt akan memberikan jalan keluar untukmu bersaÂma orang-orang yang bersamamu. Kami baru saja mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan kami telah berjanji untuk menaati mereka perjanjian itu dan tidak mungkin kami bisa melanggar perjanjian itu. Para sahabat terdiam menyaksikan pemandangan itu dan pasukan non-muslim Quraisy menyaksikan kuatnya komitmen Nabi terhadap apa yang teÂlah dinyatakannya.
Nabi memberikan nasehat kepada para sahabatnya dan sekaligus kepada seluruh umatnya agar selalu menaati janji, sekalipun kepada musuh. Ia menegaskan agar umat IsÂlam jangan munafik. Menurut beliau, ciri-ciri orang munafik itu ada empat, yaitu 1) Bila diÂpercaya ia khianat. 2) Bila bicara ia bohong. 3) Bila berjanji ia tidak tepati. 4) Bila bersengÂketa ia curang. (HR. Bukhari-Muslim).
Al-Qur'an juga telah memperingatkan agar orang-orang menepati janji ke dalam bentuk sebuah perumpamaan menarik, yaitu:
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpÂah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golonÂgan yang lebih banyak jumlahnya dari golonÂgan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungÂguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihÂkan itu. (Q.S. al-Nahl/16: 92).
Ayat dan hadis di atas menunjukkan betapa agungnya pribadi Nabi. Ia bisa saja membela si pemuda itu tetapi karena nilai sebuah perjanjian, maka dengan berat hati ia mengembalikan sahabatnya untuk ditahan oleh kaum Quraisy. Ayat di atas juga sangat indah melukiskan bagaimana perumpamaan orang-orang begitu gampang berjanji tetapi begitu gampang juga mengingkari janjinya.
Tentu ini pelajaran berharga buat kita semua dan sekaligus Nabi mencontohkan bahwa meÂnepati janji itu memang memerlukan pengorÂbanan dan pengertian yang mendalam.