Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pimpinan MPR: Jangan Urusi Masalah Dalam Negeri Kami

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 11 Februari 2019, 10:49 WIB
Pimpinan MPR: Jangan Urusi Masalah Dalam Negeri Kami
Wakil Ketua MPR Mahyudin (kiri)/Humas MPR
rmol news logo . Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Samarinda, Kalimantan Timur sangat meriah. Selama sosialisasi, mereka tekun mengikuti pemaparan yang disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Mahyudin.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Begitu dibuka ruang tanya jawab, beberapa di antara mereka mengacungkan tangan agar diberi kesempatan menyampaikan uneg-uneg. Salah seorang mahasiswa IAIN Samarinda menanyakan mengapa ada wilayah di Indonesia yang ingin memisahkan diri.

Mendapat pertanyaan demikian, Mahyudin mengatakan, banyak faktor penyebab satu daerah ingin melepaskan diri. Hal demikian bisa terjadi karena ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat, di samping ada rasa ketidakadilan yang dialami daerah.

Diungkapkan, Aceh setelah Indonesia merdeka merupakan daerah yang makmur. Buktinya masyarakat di sana patungan harta untuk membelikan pesawat terbang buat Indonesia. Dalam perjalanan waktu rupanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat tidak merata dan mengabaikan kepentingan daerah.

"Dari sinilah akhirnya ada yang ingin memisahkan diri," ucap Mahyudin, Minggu kemarin (10/2).

Keinginan memisahkan diri itu mengakibatkan korban jiwa, raga, dan harta. Selama beberapa tahun di Aceh menjadi daerah operasi militer.

Akhirnya terjadi perjanjian damai antara GAM dan pemerintah Indonesia. Kepentingan mereka diakomodir. Dari akomodir inilah membuat Aceh menjadi daerah otonomi khusus sehingga di sana ada partai lokal serta berlaku hukum syariah.

Apa yang terjadi di Aceh juga terjadi di Papua. Ketidakmerataan pembangunan dan distribusi kebutuhan masyarakat yang sulit membuat harga-harga di Papua sangat mahal. "Harga semen bisa mencapai 2 juta", tuturnya.

Mahalnya harga di sana sebab semua akses lewat pesawat. Ketidakmerataan pembangunan yang menyebabkan mahalnya harga inilah yang membuat mereka ingin memisahkan diri.

"Akhirnya Papua dijadikan daerah otonomi khusus", ucapnya.

Daerah ingin melepaskan diri, menurut Mahyudin juga ada unsur campur tangan asing. Keinginan Papua merdeka disebut juga ada dukungan dari anggota Parlemen New Zealand, Papua Nugini, Australia, dan beberapa negara lain.

Menyikapi hal yang demikian, Mahyudin menjelaskan kepada mereka bahwa Indonesia tengah membangun Papua. "Jadi jangan urusi masalah dalam negeri kami," ujar Mahyudin pada mereka.

Ditegaskan, Indonesia akan mempertahankan Papua tetap bagian NKRI. Tidaak boleh sejengkal tanah pun lepas.

Dikatakan kepada para mahasiswa yang hadir dalam sosialisasi malam itu, pemerintah sekarang gencar membangun daerah perbatasan. "Lepasnya Timor Timur, Sipadan, dan Ligitan menjadi pelajaran berharga," ucapnya.

Untuk itu diharapkan wilayah perbatasan dijadikan zona ekonomi khusus. Ini penting agar kebutuhan bahan pokok tidak tergantung dari negara tetangga. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA