Dua hari setelah ditemukan warga, empat mortir masih dibiarkan tergeletak di atas lahan tersebut. Satu mortir telah dipÂindahkan dari lokasi penemuan awal, sementara tiga mortir sisanya tetap dibiarkan terbenam di dalam tanah yang gembur itu. Walhasil, mortir sepanjang 50 cm dengan diameter 15 cm ini, hanya terlihat sebagian. Kondisinya sudah penuh karat.
Garis polisi warna kuning bertulisan warna hitam, telah diÂpasang di lokasi penemuan demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. "Mortir ditemukan saat meratakan tanah mengÂgunakan bekhoe Minggu lalu (23/12)," ujar Ponidi, salah seÂorang warga yang menemukan mortir kepada
Rakyat Merdeka, Selasa (25/12).
Lokasi penemuan mortir, jauh dari pemukiman warga. Jaraknya kurang lebih 500 meter. Kondisi jalan rusak dan beralaskan tanah liat. Kondisinya semakin hancur dan sulit dilewati bila hujan mengguyur deras, soalnya tanah menjadi gembur.
Namun, lahan tempat penemuanmortir sudah rata dan bersih dari pepohonan. Jarak antara mortir satu dengan yang lain saling berjauhan, sekitar 30 meÂter. Lokasi penemuan juga telah steril dengan adanya garis polisi. Kendati demikian, garis itu tidak menyurutkan semangatwarga mendatangi lokasi tersebut.
Kondisi jalan yang licin dan curam karena diguyuran hujan pun tidak menyurutkan langkah warga. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa petugas Pelindung Masyarakat (Linmas) berjaga-jaga di lokasi penemuan agar warga tidak melintasi garis polisi.
"Mortir ini siang malam dijaga agar aman. Apalagi, ini masih aktif sambil menunggu tim Gegana datang untuk mengamÂbilnya," ujar Ponidi kembali.
Ponidi menceritakan awal muÂla penemuan mortir peninggalan Belanda di lahan perumahan yang digarapnya. Minggu pagi (23/12), saat sedang membersiÂhkan dan meratakan lahan milik Kasdono dengan menggunakan bekhoe, ia menemukan satu buah benda lonjong yang terÂtimbun tanah.
Karena tidak tahu kalau itu mortir, ia tanpa ragu mengangÂkat benda membahayakan itu ke permukaan dan dipindah ke tempat lain. "Bahkan saya semÂpat foto selfie dengan benda itu," ujar Ponidi.
Puas berselfie ria, Ponidi kemÂbali melanjutkan pekerjaannya meratakan tanah. Tak berselang lama, ia kembali menemukan tiga mortir lainnya dengan konÂdisi penuh karat. Karena penasaÂran, Ponidi lantas membersihkan benda tersebut menggunakan kayu agar tidak ada tanah yang menempel.
Setelah bersih, Ponidi lantasmemberitahukan atasannya, Nurfaidi ikhwal penemuan benda mencurigakan tersebut. Setelah tahu, Nurfaidi lantas menghubungi pemilik lahan, Kasdono. "Dari situ, kami baru tahu kalau itu bahan yang bisa meledak," ucapnya.
Setelah tahu bisa meledak, Ponidi berkomunikasi dengan aparat desa terkait penemuan bom tersebut dan akhirnya diÂlanjutkan ke kepolisian.
"Katanya, Rabu atau Kamis ada tim Gegana dari Jawa Timur yang akan mengambil benda tersebut," ujar Ponidi.
Mortir Kedua Ditemukan, Pekerja Mulai Takut
Kepala Desa Sendangagung, Panut Supodo menjelaskan, empat mortir tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh dua pekerja di lahan calon perumahan. "Saat menemukan satu mortir, dua pekerja tersebut sempat mengangkatnya ke permukaan tanah," ucap Panut.
Kemudian, perataan tanah kembali dilakukan. Dua pekerja itu kemudian menemukan tiga mortir, tak jauh dari lokasi penemuan mortir pertama. "Saat penemuan kedua ini, mereka mulai merasa takut mengangkat benda tersebut," ujarnya.
Mereka, lanjut Panut, membiarkan temuannya dan melaporkannya ke Kepala Desa sehari kemudian. "Setelah menerima laporan dari warga, kami menghubungi kepolisian dan Koramil Paciran," ucapnya.
Setelah menerima laporan, kata Panut, polisi dan tentara yang datang ke lokasi, langsung memasang garis polisi untuk mengamankan sekitar lokasi penemuan. "Soalnya, banyak warga yang nonton, bahaya, jadi harus steril," pungkasnya.
Pekerja bernama Ponidi yang menemukan mortir itu, mengaku tidak terkejut dengan penemuan mortir peninggalan penjajah Belanda. Sebab, berdasarkan cerita turun temurun yang ia dengar, jalan di depan lahan ini merupakan lalu lintas barang sejak era penjajahan.
"Mungkin saat Belanda lewat, ada mortir yang jatuh," ucapnya menduga-duga.
Dia berharap, empat mortir tersebut bisa diambil petugas Gegana agar proses pembersihan lahan bisa dilanjutkan. "Kalau belum dibersihkan, kami belum berani melanjutkan pekerjaan," ujar Ponidi.
Latar Belakang
Eks Napi Teroris Ingatkan Agar Mortir Dijaga Ketat Karena Berisi Banyak TNT Bekas narapidana perkara terorisme, Ali Fauzi mengingatkan agar ada penjagaan ekstra ketat terhadap empatmortir temuan warga di Desa Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Karena, Ali menduga, senjata bekas peninggalan Belanda tersebut, bahan peledaknya (TNT) masih aktif. "Mortir tersebut memiliki banyak TNT di dalamÂnya," ujar Ali.
Menurut Ali, akan sangat berbahaya bagi masyarakat apabila mortir tersebut diambil orang tidak bertanggungjawab, kemuÂdian disalahgunakan.
Penemuan mortir peninggalan Belanda bukan pertama kali terÂjadi. Sebelumnya, sudah sering terjadi penemuan senjata bekas perang ini di berbagai daerah.
Misalnya, beberapa mortir juga ditemukan di Jalan Unta Raya, Pandan Lamper, Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (12/4/2018). Selanjutnya, benda seberat 20 kg dengan diamater 20 cm dan panjang 40 cm ini, diamankan ke Polsek Gayamsari oleh tim Gegana Polda Jateng.
Mortir juga ditemukan warga di Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, Jumat (22/6/2818). Mortir berukuranpanjang 25 cm dan diameter 8 cm, diamankam oleh tim Jihandak Polda Sulawesi Utara (Sulut).
Para pekerja di Bandara Radin Inten II, Branti, Natar, Lampung Selatan, juga menemukan mortir pada Minggu (6/5/2018). Benda sepanjang 53 cm dan diameter 32 cm itu, ditemukan di dekat landasan pacu. Tak lama kemuÂdian, tim Jibom Brimob Polda Lampung melakukan pengeceÂkan. Diduga, mortir tersebut merupakan peninggalan Perang Dunia II.
Mortir berukuran besar juga pernah ditemukan warga di Desa Sumbermulyo, RT 05 RW 02, Kecamatan Jogoroto, Jombang, Jawa Timur, Selasa (6/2/2018). Mortir sepanjang sekitar 80 cm dengan diameter 50 cm ini, ditemukan tiga orang pekerja, yakni Muhammad Asharuddin (30), Ruslan (27) dan Yunus (24) saat menggali tanah urug untuk kandang sapi.
Usai menemukan senjata bekas peninggalan Belanda itu, mereka melapor ke Polsek Jogoroto, Jombang. Selanjutnya, mortir tersebut diamankan tim Gegana Polda Jatim. ***