Menurut dia, gempa tersebut berpotensi terjadi seperti gempa Aceh pada 2004 silam. Namun, kata dia, yang harus diwaspadai adalah getaran dari gempa itu sendiri, bukan terjadinya tsunami.
Lantas bagaimana pandangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait masalah ini? Berikut penuÂturan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Apa tanggapan ada soal adanya potensi gempa Megahtrust di Jakarta?Soal adanya potensi gemÂpa itu sebetulnya hingga kini masih dalam kajian. Namun saÂya mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap segala bencana alam, terutama gempa bumi. Sebab, Indonesia itu terleÂtak di zona pertemuan lempeng tektonik aktif sehingga rawan terjadi gempa bumi.
Tapi ada peneliti yang sudah bisa memprediksi terjadinya gempa tersebut? Memang ada beberapa peneliti yang memperkirakan itu terjadi, tapi peneliti yang lain mengangÂgap potensi itu kecil. Jadi ini bahan kajian yang belum ada kesimpulannya.
Berdasarkan kajian BMKG sejauh ini, apakah potensi terÂjadinya gempa tersebut?Saya belum tahu, karena kan belum ada hasil kajiannya, beÂlum ada kesimpulannya. Tapi begini, berbeda dengan gempa yang belum terprediksi, tsuÂnami seperti itu tuh sudah bisa diprediksi. Gempa thrust itu dipicu oleh tumbukan lempeng tektonik di Samudra Hindia. Akibatnya, kata dia, ada lemÂpeng yang tertekuk, dan meÂnyundul lempeng di atasnya, hingga berakibat adanya thrust (patahan). Saat itulah terjadi release energi, lewat batuan dan tanah yang kemudian dirasakan sebagai gempa. Lalu maksiÂmum 5 menit setelah gempa bumi, instrumentasi dan proÂcessing kami bisa menganalisis lokasi, magnitude, kedalaman, apakah berpotensi tsunami atau tidak. Dan 10 menit kemudian bisa memperbaharui data.
Maksudnya memperbaharui itu mengkoreksi data dengan lebih akurat?Bukan, memperbaharui data itu bukan ralat atau sebuah kesalahan deteksi. Itu bukan kesalahan, tapi setelah 5 menit lebih banyak sensor yang menÂgirimkan informasi, sehingga semakin tajam. Itulah sebabnya, 2 jam setelah perkiraan datangÂnya tsunami, menjadi perkiraan waktu setelah 5 menit pertama, menjadi durasi peringatan dini tsunami. Baru setelah dua jam tidak terjadi tsunami, peringatan akan diakhiri. Dan itu terjadi di manapun, di negara manapun.
Tadi kan anda mengingatÂkan supaya masyarakat wasÂpada karena Indonesia terÂmasuk daerah rawan gempa. Memang berdasarkan panÂtauan BMKG, seberapa sering gempa terjadi di Indonesia?Berdasarkan data yang ada di BMKG, dalam 1 tahun terjadi setidaknya 6.000 kali gempa bumi. Tapi kan kita enggak terasa, karena itu gempa-gempa kecil yang kurang dar 5 SR. Sedangkan yang kekuatannya lebih dari 5 SR, jumlahnya sekiÂtar 350 kali. Dan yang kekuatanÂnya di atas itu ada sekitar 3,4, atau 5 kali.
Lalu apa yang disarankan BMKG guna menyikapi kerÂawanan ini?Guna menyikapinya BMKG mendukung digiatkannya upaya mitigasi demi menciptakan masyarakat terampil, cekatan, dan terlatih dalam menolong dirinya sendiri saat terjadi benÂcana. Mitigasi bencana itu sangat penting untuk meningkatkan self assistance dalam menghadapi bencana. Pasalnya, kepastian tidak ada. Karena memang bukti dan data belum cukup lengkap untuk pastikan itu akan terjadi. Pentingnya mitigasi bencana itu sudah terbukti saat bencana gempa di Kobe, Jepang, pada 1995. ***
BERITA TERKAIT: