Menghadapi laporan itu, Firman buru-buru membentuk tim pengacara. Boyamin Saiman ditunjuk jadi koordinator. Sampai di sini masih belum tercium aroma perseteruan lama. Nuansa perseteruan lama baru terciÂum setelah Boyamin meminta Antasari Azhar menjadi penasiÂhat tim hukum Firman Wijaya.
Di mata publik, Antasari dan SBY boleh dibilang seteru lama. Terakhir, satu hari jelang hari H pencoblosan Pilkada DKI Jakarta Februari 2017 lalu, Antasari 'menembak' SBY dengan menÂgatakan, saat menjadi ketua KPK dulu, ketika menangani kasus korupsi besan SBY, Aulia Pohan, dia pernah dilobi SBY secara tidak langsung melalui bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo. Pesannya adalah agar Antasari tidak menahan Aulia.
Banyak kalangan menilai, 'tembakan' Antasari itu berhasil menurunkan suara putra SBY, Agus Yudhoyono yang pada Pilkada DKI Jakarta maju sebaÂgai cagub. Agus pun terjungkal di putaran pertama.
Kini, meski tidak langsung, Antasari tampil lagi dalam pusaÂran kasus terkait SBY, sebagai penasihat tim hukum Firman Wijaya. Apa sih motivasi utama Antasari hingga mau menjadi penasihat tim hukum Firman Wijaya? Apakah perkara ini akan digunakan Antasari untuk membuka perseteruan lama dia dengan SBY? Berikut penjelasan Antasari Azhar kepada
Rakyat Merdeka.Apa alasan Anda bersedia menjadi penasihat tim pengacara Firman Wijaya? Begini, suatu ketika tepatnya lima hari yang lalu (Rabu 7/2) Boyamin Saiman telepon saya untuk menginformasikan bahwa dia akan menjadi lawyernya Firman. Boyamin itu menelÂpon saya lantaran dia tengah mejalankan profesinya, mengÂingat dia masih terikat dengan saya. Dia nampaknya hanya ingin pamit sementara ini unÂtuk mengurusi perkara Firman. Saya bilang ke Boyamin kalau begitu tidak ada masalah. Lalu Boyamin bicara lagi ke saya, tapi kalau misalnya saya dimÂintakan pendapat soal penanÂgaan (perkara Firman Wijaya) bagaimana? Maka saya jawab silakan tidak apa-apa. Jadi, hanya bertemu dan berbicara soal itu saja kok.
Analis politik menilai kepuÂtusan Anda itu atas dasar pesanan dari partai atau orang tertentu?Tidak ada partai-partaian. Boyamin saja secara pribadi karena pernah mendampingi kasus saya, maka kami kerap berdiskusi. Nah, dari situ dia tertarik mengajak saya. Ya, kata saya silakan. Saya kerap kok didatangi orang untuk konsulÂtasi hukum, meski saya bukan lawyer. Jadi apa salahnya saya membagi ilmu kepada seseorang yang membutuhkan.
Spekulasi lain, Anda setuju menjadi penasihat tim pengacÂara Firman lantaran kasus yang ditangani Boyamin ini terkait dengan SBY?Itu kan kebetulan saja. Kebetulan pers juga senang ada polemik seperti itu kan.
Anda sudah mempertimÂbangkan secara mendalam?Kamu ingin menggiring saya ya bahwa polemik ini sudah direncanakan? Tidak begitulah.
Tapi bukankah saat Pilkada Jakarta, Anda tiba-tiba saja duduk menjadi pendukung Ahok dan 'menembak' SBY, satu hari jelang hari H pencoblosan hingga banyak kalangan menilai suara Agus Yudhoyono anjlok. Kini Anda menjadi penasihat tim pengacara Firman yang berperkara dengan SBY. Anda sepertinya senang sekali berhÂadapan dengan SBY ya?Tidaklah, sekarang saya sudah selesai, cukup menjalani hidup di akhir tua ini. Saya mau tenang. Kenapa harus beribut-beribut soal itu. Kepentingan saya apa gaduh-gaduh. Saat Boyamin menghubungi saya, konteksnya hanya pamit ke saya.
Etika profesi advokat itu kan memang demikian. Kalau seÂdang menangani perkara sesÂeorang, terus orang lain minta untuk menangani kasusnya, maka harus pamit sama klien yang awal. Memang Boyamin bicara ke saya masukan soal pidana Firman. Saya jawab tidak apa-apa silakan diskusi dengan saya, kebetulan saya kenal baik dengan Firman.
Apa Anda masih berupaya ingin mengungkap dalang kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang menyeret Anda masuk penjara?Tidak adalah, kan polisi sudah menghentikan (kasus Nasrudin Zulkarnaen). Sudah saya hargai sikap kepolisian.
Oh ya saat jumpa pers beÂberapa hari lalu, SBY menÂgungkapkan, sebelum Mirwan Amir bersaksi di persidangan Setya Novanto, ada pertemuan antara Firman, Mirwan berÂsama sejumlah orang lainnya, apakah Anda ikut juga dalam pertemuan itu?Itu hanya desas-desus. Desas desus perlu dibuktikan, ada tidak. Kalau saya merasa tidak, saya tidak kenal dengan Mirwan Amir, saya tidak pernah berÂtemu dengan Firman. Saya terakhir bertemu Firman ketika dia menyambut saya bebas dari penjara. ***
BERITA TERKAIT: