Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Achmad Dimyati Natakusumah: Golkar Saja Cepat Islahnya, Masa PPP Sampai Lama Begini, Empat Tahun Lho

Rabu, 27 Desember 2017, 10:39 WIB
Achmad Dimyati Natakusumah: Golkar Saja Cepat Islahnya, Masa PPP Sampai Lama Begini, Empat Tahun Lho
Achmad Dimyati Natakusumah/Net
rmol news logo Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi sengketa kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz. Dalam berkas putusan nomor 514 K/TUN/2017 dis­ebutkan alasan penolakan kar­ena penyelesaian atas substansi sengketa kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat PPP melalui peradilan umum belum disen­tuh dan diberikan putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Selamat Berpuasa

Lantas bagaimana tanggapan Sekjen PPP kubu Djan Faridz, Achmad Dimyati Natakusumah terkait putusan MAitu? Lalu langkah hukum apa yang bakal ditempuh? Berikut pemaparan­nya kepada Rakyat Merdeka.

Bagaimana tanggapan Anda terkait putusan MA itu?
Meski masih ada kesempatan satu lagi untuk peninjauan kem­bali, namun ini kan memakan waktu bisa enam bulan sampai satu tahun. Meski demikian, sejatinya saya menginginkan islah. Sebab kasihan pendiri PPP kalau masih ada yang mement­ingkan kepentingan pribadi dan kelompok. Kalau saya sendiri mengikhlaskan posisi sekjen, saya terima menjadi anggota saja. Begitu pun saya dengar Pak Asrul Sani. Di sini tinggal ketua umum Pak Djan Fariz dan Pak Romahurmuzy saja. Saya harap semua bersatu demi kepentingan partai.

Optimistis boleh tapi kita har­us mementingkan kepentingan partai, menghitung kondisi dan realita yang ada. Ya sudahlah saya berharap segera berdamai dari pusat hingga daerah dan mempersatukan atau win-win solution bukan win lose solution. Partai Golkar saja cepat melaku­kan konsolidasi ke bawah, masa PPP segini lamanya, empat tahun lho.

Artinya kubu Djan Faridz tidak akan melayangkan Peninjauan Kembali?
Mungkin saja peninjauan kembali dilayangkan kuasa hu­kum Pak Djan, apabila konsep islahnya tidak win-win malah win lose. Atau dilihat dari kubu Pak Romi cs lebih mementing­kan kelompoknya. Kemudian Pak Romi juga tidak akan men­erima win-win dari kubu Pak Djan. Gini ajalah semua men­galah demi partai.

Maksudnya win-win solu­tion di sini seperti apa?
Jangan mari masuk tinggal masuk, win win bicarakan den­gan baik. Artinya ada pembicar­aan antara Pak Romi dan Pak Djan siapa ketua umumnya, siapa sekjennya, siapa majelis tinggin­ya, siapa pengurus-pengurusnya, siapa calon legislatifnya, duduk bersamalah dari situ akan men­emui hasil yang terbaik.

Win-win solution di sini apakah harus ada persetujuan dari para sesepuh PPP?
Harus difasilitasi (oleh sesepuh PPP) tidak bisa duduk berdua karena ego sama ego manusia. Intinya harus melibatkan semua para senior. Kumpul bersama Mbah Maimun Zubair ada Pak Romi, Pak Djan, tokoh-tokoh PPP coba disatukan. Misalnya Pak Suryadharma Ali, Suharso Monoarfa, Pak Lukman Hakim Saifuddin, Pak Hasrul Azwar, Pak Zarkasih Nur, Pak Hamzah Haz coba itu dipola dari situ akan terpola baiknya bagaimana. Selain itu juga difasilitasi pe­merintah ada dari Kementerian Hukum dan HAM, minimal dirjen-nya sebagai perwakilan Pak Joko Widodo. Hal itu akan berbuah yang terbaik seperti apa, toh sama-sama partai Islam.

Apakah islah itu bentuk kekhawatiran kubu Djan Faridz agar para loyalisnya di daerah tidak hengkang ke kubu Romahurmuzy?
Saya yakin semua sudah bo­san dengan perpecahan pertika­ian bukan persatuan. Mereka ingin damai kalau tidak, maka tunggu habis di tingkat nasional. Tapi dengan Ahok efek kan ke­mungkinan bersatunya PPP.

Apa hanya Anda semata yang inginkan islah?
Saya yakin semuanya in­gin islah. Habil Marati, Indah Suryadharma Ali, Hamzah Haz juga ingin islah. Senior-senior juga ingin islah, seperti Bachtiar Chamsyah ingin islah. Saya ya­kin orang tua-orang tua ini sedih melihat PPP sekarang.

Apakah hal ini sudah Anda sampaikan ke Djan Faridz, mengingat Anda loyalisnya?
Ya saya loyalis Pak Djan, tapi kan selama ini saya selalu menggaungkan islah. Pak Romy dan Pak Djan ini kan bersahabat. Kalau seperti ini terus daripada tidak nyaman di rumah sendiri, lebih baik saya mencari rumah tetangga yang satu visi dan misi dengan PPP. Terkait pembicaraan ke Pak Djan jangankan langsung, ke media saja saya berkoar terus, tidak didengar saja sedih juga. Saya ingin damai hidup tenang, tentram, ribut-ributan, dan lapor-laporan tidak bagus juga.

Kapan rencananya bertemu dengan PPP kubu Romy?
Waduh saya tidak tahu itu, saya sendiri sudah malas. Saya sudah usulkan berkali-kali tetapi tidak pernah tercapai.

Apakah ada yang mengha­langi?
Tidak ada. Saya lihat di pihak Pak Djan Faridz ya mungkin ada yang merasa ingin menang sendiri. Sementara di kubu Pak Romy juga mungkin ada yang tidak senang sendiri. Jadi ya sulit saling menilai ketidakberhakkan satu sama lain. Padahal yang hak itu hanya kematian.

Kalau hubungan pertem­anan antara elit partai PPP kubu Djan Faridz dan kubu Romy seperti apa?
Seperti saya ini selalu menggaungkan islah, tapi tidak tahu di antara mereka, saya tidak paham juga sulit untuk menyelami. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA