Kearifan Lokal Lombok Timur Bantu Kementan Wujudkan Mimpi Di 2045

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 25 November 2017, 20:21 WIB
Kearifan Lokal Lombok Timur Bantu Kementan Wujudkan Mimpi Di 2045
Foto/Humas Kementan
rmol news logo . Penanggungjawab Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Nusa Tenggara Timur (NTT), Ani Andayani mengatakan kearifan lokal masyarakat Lombok Timur membantu pemerintah mewujudkan swasembada pangan. Sebab, masyarakat setempat menjaga warisan leluhur berupa waduk untuk diberayakan dibanding dijual.

"Dengan adanya embung-embung ini dan bantuan distribusi mengalirkan airnya melalui saluran dan perpipaan sederhana, kini di Kecamatan Jerowaru sudah bisa mengoptimalkan fungsi lahannya untuk bertaham padi dan palawija sepanjang tahun. Itu semua berkat kearifan lokal turun-temurun," ujarnya di Jakarta, Sabtu (25/11).

Kata Ani, pihaknya mencatat terdapat 1.627 unit embung dengan ukuran bervariasi mulai 25-100 are di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB. Luasan embung tergantung letak dan kontur lahan. Air dari embung tersebut mampu mengairi seluas 4.384 hektare lahan pertanian di kecamatan tersebut.

Menurut Ani, kearifan lokal tersebut turut membantu upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mewujudkan visi Lumbung Pangan Dunia 2045. Soalnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mendorong optimalisasi lahan tidur yang umumnya rawa dan tadah hujan sebagai usaha merealisasikan "mimpi besar" tersebut.

Hal tersebut dinilai melatarbelakangi sinergi Kementan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam membangun 30 ribu unit embung.

"Ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan infrastruktur tata air di kedua lahan tidur tersebut," ungkap Staf Ahli Mentan Bidang Infrastruktur itu.

Sayangnya, masih kata Ani, embung mulai mendangkal dalam beberapa tahun terakhir, karena endapan air tanah secara alami. Karenanya, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur berharap pemerintah pusat memberikan perhatian dengan memperbaiki embung tersebut. Caranya, menggali endapan atau memperdalam, sehingga fungsi "menabung" air semakin optimal.

"Makanya, pada APBN 2018 nanti melalui dana alokasi khusus (DAK), dialoaksikan anggaran kepada Lombok Timur dan diharapkan digunakan untuk tata kelola air irigasi, agar terus bisa mendukung Lombok Timur sebagai penyanggah pangan nasional melalui padi, jagung, cabai, dan bawang putih," beber Ani.

Di sisi lain, tambah Ani, perwakilan dari Tokyo University Prof Mizoguchi siap membantu pengolahan cabai di Lombok Timur dari aspek sains dan teknologi bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Balitbangtan) NTB.

"Dan dengan menggerakkan sektor swasta setempat, membuat olahan cabai sebagai upaya meraih "value chain" bagi petani setempat untuk tetap bergairah mendukung pangan nasional," ungkapnya.

Ketua Poktan Sijeruk Bersatu, Hariadi mengatakan kearifan lokal Lombok Timur adalah dengan mengelola warisan leluhur. Saat ini embung yang sikelola oleh Hariadi adalah peninggalan keluarganya yang telah berumur 60 tahun.

“Sebab, dengan adanya embung tersebut, maka bisa terus bercocok tanam sampai sekarang, karena airnya dimanfaatkan untuk irigasi, selain wisata mancing senilai 10-40 juta per kegiatan sebagai penghasilan tambahan,” pungkasnya. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA