Kata "kemanusiaan" dalam sila kedua beÂrasal dari akar kata insan (manusia) kemudian mendapatkan imbuhan awalan "ke" dan akhiÂran "an" menjadi kata sifat yaitu "kemanusiaan" (insaniyyah/humanity). Kata kemanusiaan meÂlintasi batas-batas agama, kepercayaan, etnik, suku, bangsa, dan golongan. Kita sering memÂbaca istilah: "Kemanusiaan hanya satu" (Al-inÂsaniyyah wahid/Humanity is only one). Jika kita berbicara tentang kemanusiaan (insaniyyah) maka leburlah semua ikatan-ikatan primordial, agama, dan kepercayaan. Kemanusiaan (huÂmanity) hanya satu, tidak punya warna, dan lintas batas etnik dan negara. Di mana-mana kemanusiaan itu sama. Ini bukti kebenaran pernyataan semua agama yang sama-sama memandang penting arti kemanusiaan. Dalam Islam sendiri Al-Qur’an sangat tegas menginÂgatkan kepada kita semua: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam" (Q.S. al- Isra’/17:70). Apapun jenis kelamin, etnik, warna kulit, kewarganegaraan, ideologi, partai, dan kelas sosialnya, yang penting masih berstatus anak cucu Adam, wajib hukumnya untuk dihorÂmati dan dimuliakan hak-haknya.
Kita tidak boleh memperlakukan tidak adil anak manusia, sekalipun orang itu nyata-nyata musuh kita. Ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakÂkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebenÂcianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S. al-Maidah/5:8).
Allah Swt memberikan kemerdekaan setiap manusia untuk mengekspresikan kebenaran yang mereka yakini benar. Karena itu kita tidak boleh memaksa mereka untuk mengikuti agama kita, sekalipun menurut keyakinan kita mereka nyata-nyata agama pilihannya tidak benar. "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)" (Q.S. al-Baqarah/2:256). TuÂgas kita hanya menyampaikan. Mereka mau ikut atau tidak itu urusan Allah Swt. "SesungÂguhnya kamu tidak akan dapat memberi peÂtunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (Q.S. al-Qashah/28:56).
Rasa kemanusiaan harus tumbuh di dalam diri kita masing-masing. Setiap manusia memiÂliki hati nurani dan merupakan built up dari TuÂhan Yang Maha Pencipta. Jangan lantaran merÂeka tidak seagama, seetnik, sewarganegara, seideologi, sealiran, dan segolongan dengan kita lantas mengorbankan kemanusiaan merÂeka. Kamanusiaan itu mahal bahkan kemanuÂsiaan itu unsur sakrat (lahut) yang Allah instol ke dalam diri setiap orang. Allah Swt menegasÂkan dalam Al-Qur’an: Barang siapa yang memÂbunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karÂena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seÂluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seÂmuanya. (Q.S. al-Maidah/5:32).