Konsep ketuhanan dalam Khonghucu bisa ditemukan dalam kitab Yi Jing (Kitab PerubaÂhan). Dalam kitab ini Tuhan digambarkan denÂgan istilah Qian yang dapat diartikan Tuhan seÂbagai subjek Yang Maha Ada, Maha Sempurna, Khalik Semesta Alam, Maha Positif dan proakÂtif. Di dalam Kitab Zhong Yong (Tengah SemÂpurna) disebut dengan Gui Shen, yang menÂgandung arti Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam buku ini digambarkan sebagai Roh yang berkuasa atas segala sifat Yin dan Yang. DaÂlam kitab Li Ji (Kitab Kesusilaan) Tuhan serÂing juga diistilahkan dengan istilah Da Yi, yang artinya Satu Yang Maha Besar, sejajar dengan istilah yang digunakan di dalam Yi Jing dengan sebutan Tai Ji (Yang Maha Ada, Maha Puncak/ Kutub), atau dapat juga digambarkan sebagai titik nol (O) yang dilambangkan dengan sebuah o (lingkaran).
Istilah lain sering digunakan untuk Tuhan ialah Tian. Dalam kitab banyak digunakan daÂlam kitab-kitab suci sebelum Dinasti Shang, seperti pada zaman Dinasti Xia (2205-1766 SM) dan sesudah Dinasti Shang, yaitu pada zaÂman Dinasti Zhou (1122-255 SM), tetapi sering kedua sebutan tersebut digunakan bersama-sama, bahkan dalam satu kalimat. Mungkin ada lagi istilah lain sebagai nama Tuhan tetap bagi Khonhucu perbedaan nama tidak masalah. DisÂebut apa saja nama Tuhan yang penting Tuhan yang sejati tetap eksis.
Penggunaan istilah Tian sebagai Tuhan di daÂlam kitab Wu Jing mempunyai enam dimensi, yaitu: 1) Shang Tian (Tian Yang Maha Tinggi), 2) Hao Tian (Tian Yang Maha Besar atau Yang Maha Meliputi), 3. Cang Tian (Tian Yang Maha Suci, Maha Luhur, Maha Tinggi), 4) Min Tian (Tian Yang Maha Welas Asih, Yang Maha Murah), 5) Huang Tian (Tian Yang Maha Kuasa, Maha Agung, Maha Pencipta, 6) Shang Di (Tuhan KhaÂlik Pencipta Semesta Alam), Yang Maha Tinggi atau Yang Di Temat Maha Tinggi. Meskipun ada enam tetapi tetap Dia Maha Esa.
Dimensi Yin dan Yang seakan berlomba di dalam menguasai alam semesta. Termasuk dalam diri manusia. Manusia yang didominasi dengan Yin akan tampil lebih feminan dan lebih lembut. Sebaliknya jika yang dominan adalah Yang maka yang bersangkutan akan tampil lebÂih maskulin dan lebih jantan. Konsep ketuhanan seperti ini mengingatkan kita pada agama Tao (Taoisme) yang juga mengenai simbol Yin dan Yang. Pembagian tugas dan fungsi ini tidak meÂnandakan adanya dua Tuhan. Tuhan tetap satu bahkan digambarkan Maha Esa, namun yang satu itu memiliki dua sifat dan karakter.
Keberadaan agama Khonghucu di IndoÂnesia mengalami pasang surut. Adakalanya redup dan adakalanya eksis. Mungkin karena kriteria di Indonesia menganut kriteria univerÂsal, maka Khonhucu dapat diterima sebagai sebuah agama yang setara dengan agama lain. Sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Yang pasti Khonghucu sudah resmi menjadi sebuah agama legal di Indonesia.