WAWANCARA

Budi Karya Sumadi: Untuk Dapatkan Ekspor Yang Lebih Baik, Efisiensi Di Pelabuhan Harus Dilakukan

Sabtu, 19 Agustus 2017, 09:21 WIB
Budi Karya Sumadi: Untuk Dapatkan Ekspor Yang Lebih Baik, Efisiensi Di Pelabuhan Harus Dilakukan
Budi Karya Sumadi/Net
rmol news logo Bekas bos PT Angkasa Pura II ini menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan sektor yang diembannya sebagai Menteri Perhubungan. Seperti upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai ekspor dengan cara mengefisiensikan proses bongkar muat di pelabuhan. Dia pun sedikit memberikan informasi tentang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Budi Karya mengungkapkan, saat ini pemerintah masih dalam proses pengkajian. Berikut penuturan lengkap Menhub Budi Karya beberapa hari lalu :

Kabarnya pemerintah akan meningkatkan efisiensi pelabuhan, itu seperti apa mak­sudnya?
Kita sudah membahas itu, ada Pelindo I, II, III, dan Pelindio IV, mereka berkumpul. Karena pemerintah ingin sekali yang na­manya pelabuhan itu harus lebih efisien, lebih efektif karena kita ingin ekonomi dari Indonesia ini bisa tumbuh, maka ekspornya harus bertambah baik. Untuk mendapatkan ekspor yang lebih baik maka efisiensi di pelabuhan harus dilakukan, oleh karenanya kita melakukan inventarisasi apa-apa yang terjadi di pelabu­han dan kita akan membuat rapat yang rutin.

Siapa saja yang bakal di un­dang dalam pembahasan ini?
Kita akan mengumpulkan semua kementerian dan lem­baga yang berhubungan dengan pelabuhan, karena kita ingin semua K/L harus berpartipasai dalam mencapai efisiensi biaya dan kami minta juga kepada Pelindo I, II, IIIdan IV untuk melakukan proses efisiensi.

Rencananya kapan?
Ya di beberapa minggu ke depan dengan suatu bahasan.

Terus pelabuhan mana saja yang akan difokuskan oleh pemerintah untuk dibenahi?
Semuanya, terutama pelabuhan besar karena saat ini concernnya eksport ya pelabuhan yang besar dulu, seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belewan.

Tapi efisiensi yang bakal dilakukan di pelabuhan itu seperti apa sih?
Macam-macam ya, misalnya ada isu dwelling time yang belum bisa dipenuhi, katakan­lah seperti itu. Jadi kita harus melakukan efisiensi untuk me­menuhi itu, bagaimana barang yang di dwelling time itu bisa di-manage lebih singkat dan tidak dipindahkan dari pelabuhan, itu contohnya seperti itu. Terus yang berkaitan dengan Terminal Handling Charge (THC) yang dilakukan oleh pelayaran-pe­layaran, kita akan cari sumber masalahnya di mana. Terus masalah Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), ini mau ada atau tidak, kalaupun ada kita harus buat tidak ada monopoli.

THC itu masih tinggi nggak sih dalam pembentukan cost logistic itu?
Ya nanti akan kita tentukan tanggal 23 (Agustus) nanti. Jadi saat ini kita sedang inventarisasi, orang akan kita panggil, silakan anda menurunkan sendiri harga agar setiap pelabuhan kita se­makin kompetitif.

Maksudnya TKBM mau ada tidak itu bagaimana?
Ya kalau dia mau, ya nggak boleh ada monopoli.

Artinya porsinya itu akan berkurang atau sama saja den­gan TKBM yang sekarang?
Itu kan nanti yang bicara pasar, jadi yang ingin kita sampaikan adalah harus ada mekanisme pasar yang baik, tidak boleh ada monopoli disana. Kita menghar­gai setiap hak-hak orang beru­saha, tapi tetap sebaiknya tidak ada monopoli. Karena monopoli itu menyebabkan suatu kondisi dimana harganya semakin tidak bisa dikontrol dengan baik.

Soal lain. Harga BBM saat ini sudah mengalami penurunan di beberpaa daerah timur Indonesia yang sebelumnya ada perbedaan dengan di Indonesia barat, apakah akan ada subsidi lagi di sektor udara?
Ada, di udara itu ada, dan kita sudah mulai subsidi bulan ini. Kita akan inline, jadi harga itu adalah akumulasi, kerjasama BUMN, Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan. Jadi kalaupun nanti ada harga-harga yang turun itu adalah ber­sama-sama. Saya setiap minggu itu akan mengundang produsen-produsen, peserta dari tol laut dan peserta yang membangun rumah kita, agar kita ingin pas­tikan bahwa semen, beras akan lebih terkontrol dan harga antar warga timur dan barat itu lebih bisa dikontrol lagi.

Menurut Anda program ini sudah berhasil?
Ya sekitar 60 hingga 70 persen sudah berhasilah. Tapi kan yang harus kita kontrol itu kan kon­sistensinya. Karena kan kalau kita berada di daerah sana, konsistensi itu penting. Karena suatu barang yang sudah kita lakukan kontrol harga tanpa kita lakukan suatu organisasi yang tetap disana sulit kita menda­patkan konsistensi harga yang tetap itu.

Oya beberapa waktu lalu Anda bertemu dengan pihak Jepang, apa saja yang dibahas?
Banyak hal. Saya akan rutin bertemu dengan tim Jepang setiap minggu. Ada tiga hal,Patimban, Jakarta-Surabaya, dan Mass Rapid Transit (MRT).

Bagaimana tentang kelan­jutan kereta cepat Jakarta-Subaraya?

Kita sedang membuat studi yang lebih komperehensif bersa­ma dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Nanti kereta Jakarta-Surabaya ini termasuk kategori cepat atau semi cepat?
Ya itu termasuk yang nanti dikaji tentang kecepatannya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA