Feeling atau perasaan lebih merupakan sumÂber energi dan kekuatan untuk mendukung piliÂhan kebenaran yang kita pilih. Sedangkan emoÂtion atau nafsu (emosi) lebih merupakan kekuatan yang dapat mendukung semangat kita, namun tidak ada jaminan dukungan itu bermanfaat atau tidak. Emotion berasal dari kata e+motion=energy in motion, yaitu energi yang melekat di dalam amarah. Emosi tidak ada hubungannya dengan apakah objek reaksi itu sesuatu yang benar atau salah. Perasaan menginformasikan kita tentang suatu objek (what you know about a thing). SeÂdangkan emosi menggambarkan perlakuan kita terhadap suatu objek yang sudah kita ketahui (what you do with what you know). Perasaan lebÂih banyak berkonotasi positif, sedangkan emosi lebih banyak berkonotasi negatif.
Feeling atau pertimbangan perasaan dapat digunakan untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk, tetapi pertimbangan emosi tidak dapat dibenarkan sebagai alat ukur untuk apapÂun. Masalahnya ialah perbedaan antara perasÂaan dan emosi tidak tajam. Bahkan sebagian bidang perasaan dan emosi bertumpang tindih. Orang sering kali tidak sadar kalau tindakannya itu emosi. Mereka masih menyangka tindakanÂnya masih dalam lingkup perasaan yang dapat dibenarkan tetapi penilaian orang sudah diangÂgap tindakan emosi. Contohnya, seorang pimpiÂnan memecat salahseorang karyawannya lanÂtaran mendapatkan laporan anak buahnya itu bolos. Tindakan spontanitas pimpinan itu dapat disebut tindakan emosi. Namun jika sebelumnya ia menunda beberapa saat untuk mendalami perÂsoalan itu, maka tindakannya disebut tindakan perasaan. Ketika sang pemimpin melakukan konÂfirmasi kepada yang bersangkutan, apalagi meÂlibatkan pihak ketiga sebagai saksi, maka tindaÂkannya dapat disebut tindakan rasional.
Contoh lain di dalam Al-Qur’an, ketika Nabi Sulaiman marah akan ketidakhadiran burung Hud-ud dalam sebuah pertemuan, bahkan Nabi Sulaiman berjanji akan menghukum burung itu dengan sanksi berat, namun penjatuhan sanksi itu tidak dilakukan secara spontan saat burung-burung itu datang. Nabi Sulaiman mengkonfirÂmasi keterlambatannya. Setelah mendengarkan alasan burung Hud-hud itu, maka Nabi Sulaiman memahami alasan keterlambatan tersebut sehÂingga tidak jadi diberikan sanksi. Tindakan Nabi Sulaiman bukan tindakan emosi tetapi tindakan perasaan, yaitu memberikan apresiasi positif lapÂoran berharga yang disampaikan burung Hud-hud. Keterlambatan burung Hud-hud menghadiri pertemuan karena mampir mengamati suatu kerÂajaan besar yang dipimpin seorang perempuan (Ratu Balqis).
Seandainya Nabi Sulaiman menggunakan emosi, langsung menghukum burung Hud-hud, maka mungkin Nabi Sulaiman tidak mendapÂatkan informasi terhadap sebuah kerajaan beÂsar yang bakal menyaingi kerajaannya. Dengan ketenangan dan kesabaran Nabi Sulaiman menÂjadi pendengar aktif dari cerita burung Hud-hud, maka tindakan tepat dan cerdas lahir dari Nabi Sulaiman. Ini semua memberikan pelajaran berÂharga bagi kita bahwa ternyata antara tindakan feeling dan tindakan emotion melahirkan akibat yang berbeda. ***