Sehari pasca pembakaran, karangan bunga yang sebelÂumnya memenuhi Jalan Medan Merdeka Selatan jadi berkurang. Hanya tinggal puluhan karangan bunga yang masih berdiri, dengan kondisi rusak dan saling menumpuk.
Pagar Monas yang sebelumÂnya juga penuh dengan karangan bunga, sudah bersih dan tidak tersisa sedikit pun. Walhasil, pemandangan tersebut mendapat perhatian dari sejumlah pejalan kaki yang berada di kawasan Monas. "Salah karangan bunga apa, kok sampai dibakar," keluh Nur Hayati, warga Pluit, Jakarta Utara ini, kemarin.
Saat ini, puluhan karangan bunga yang masih tersisa dibiarkan berdiri di halaman Balai Kota, Jakarta. Namun karangan bunga tersebut merupakan karangan bunga yang baru datang.
"Satu karangan bunga dibaÂkar, datang seribu karangan bunga lagi," ucap Nur Hayati kembali.
Karangan bunga yang baru dikirimkan, mayoritas berisi penyesalan terhadap pembakaran yang dilakukan dalam aksi massa buruh. Seperti, "Bunga bertanya: Apa salahku sampai aku kau bakar". Pengirimnya beÂrasal dari Group Gembira Assoy. Ada pula karangan bunga bertuÂliskan, "Terima kasih kepada pembakar bunga... karena doa2 kita lebih cepat naiknya", dari Group Menolak Kekerasan.
Selain mengirim bunga, beÂberapa masyarakat juga merespon aksi pembakaran dengan mengirim puluhan balon dan ditempatkan di ruang tamu Kantor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Nasib balon juga sama seperti karangan bunga, yaitu menjadi latar pengunjung untuk berfoto ria.
Nur Hayati meminta kepadakepolisian untuk mengusut tuntas siapa saja oknum yang memÂbakar karangan bunga yang telah dikirimkan warga kepada Ahok-Djarot.
"Ini sama saja melukai hati kami yang selama ini mencintaiPak Ahok dan Pak Djarot," keluhnya.
Kendati tidak sebanyak sebeÂlumnya, namun karangan bunga masih terus berdatangan ke Balai Kota hingga siang hari. Karangan bunga yang masih segar itu langsung diletakkan di sudut-sudut halaman Balai Kota yang masih kosong.
"Kami masih terus mengirim bunga sampai sekarang," ujar Erno, pegawai Florist Flower di Balai Kota, Jakarta, kemarin.
Namun, Erno mengungkapÂkan, saat ini jumlah pemesan sudah jauh menurun dibanding hari sebelumnya. "Sekarang sehari paling 15-an, sebelumÂnya bisa 40 karangan bunga," sebut dia.
Pria yang mengenakan kaos ini mengaku sudah mengantarÂkan hampir 200 karangan bunga ke Balai Kota yang berasal dari sejumlah warga, baik dari Jakarta maupun luar daerah hingga luar negeri. "Semua sudah dibayar lunas dan tidak ada yang menunggak," tandasnya.
Kepala Biro Umum DKI Jakarta Agustino Dharmawan menÂgatakan, sebanyak 10 karanganbunga dibakar oleh massa buruh di sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin(1/5).
"Akhirnya yang bakar juga ketakutan. Apinya besar banget, hampir kena motornya," ujar Agustino di halaman IRTI, kemarin.
Padahal, kata Agus, kemungkinan karangan bunga yang dibakar semakin banyak bila saat itu api tidak membesar dan hampir mengenai satu unit sepeda motor yang dimiliki oleh buruh.
Selain pembakaran, lanjut dia, karangan bunga yang dipajangdi sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan hingga halaman Monas juga banyak yang rusak karena ulah manusia yang jahil.
"Ada oknum-oknum yang sengaja melakukan perusakan," tudingnya
Agustino mengaku belum menghitung berapa jumlah karangan bunga yang rusak. Akan tetapi, seluruh karangan bunga yang rusak dan tidak lagi dipakai akan dikumpulkan di UPT Monas. Sedangkan, karangan bunga yang baru datang akan ditempatkan di sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan dan halaman Balai Kota Jakarta.
"Belum ada perintah gubernur, pokoknya kumpulin dulu. Kami laporkan menyeluruh, tinggal kebijakan gubernur. Kalau angÂkat ya angkat," tandasnya.
Agustino menambahkan, hingga saat ini sudah ada sebanyak 5.016 karangan bunga yang telah memenuhi halaman Gedung Balai Kota, Jakarta Pusat. "Pertambahan karangan bunga sudah tidak meningkat tajam lagi dibanding sebelumnya," kata dia.
Ia mencatat, saat Sabtu malam lalu, pukul 22.00 WIB, sebanyak 4.944 karangan bunga, selanÂjutnya hari Minggu malam keÂnaikannya tidak sampai 150 bunga.
Terpisah, Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (Sekjen PSI) Raja Juli Antoni mengatakan, karangan bunga yang dikirim warga ke Balai Kota DKI merupakan tanda cinta dan apresiasi terhadap kerja nyata kepada Ahok-Djarot.
"Membakar bunga berarti membakar cinta, mengenyahkan kedamaian, dan menghilangkan apresiasi terhadap kerja nyata untuk rakyat," ujar Toni, keÂmarin.
Toni berharap, kepada para pendukung Ahok-Djarot untuk bisa memberikan maaf dan bersikap lapang dada terkait tindakan pembakaran karangan bunga. Sebab, hingga saat ini masih banyak orang yang terÂbiasa dengan aksi kekerasan.
"Masih banyak saudara kita yang belum terdidik, masih terbiasa dengan anarkisme dan kekerasan. Insya Allah pada saat mereka sadar," harap salah satu juru bicara (jubir) tim Ahok-Djarot ini.
Dia meminta, tindakan pembaÂkaran itu tidak perlu dilaporkan kepada pihak berwajib. Sebab, rakyat pasti sudah tahu mana tindakan negatif dan positif.
"Ini bagian dari pendewasaan publik," tandasnya.
Namun demikian, Toni berÂharap, masyarakat yang tidak cocok dengan kebijakan Ahok dan Djarot sebaiknya tetap menyampaikan dengan cara yang santun, jangan anarkis dan memancing provokasi.
"Semoga mereka cepat sadar diri," pungkasnya. ***