Di sela sambutannya, tiba-tiba Amran memanggil tiga temennya ke depan untuk berdiri bersamanya. Mereka adalah Samson, Adam Malik dan Salman.
"Aku selalu dikasih telur sama Samson. Kami dulu makan satu telur dibagi lima. Jadi itu garamnya yang banyak, biar cukup. Tapi malah telurnya nggak habis, terlalu asin," kata Amran saat acara Panen Raya dan Serap Gabah, di Kelurahan Sepe'e, Kecamatan Barru, Barru, Sulsel, Senin (20/3).
Amran merasa sangat terkenang dengan pemberian telur tersebut. Sebagai tindakan "balas utang" spontan Amran memberikan bantuan kepada Samson berupa bibit ayam dan bebek masing-masing 500 ekor.
"Itu untuk ibunya, bukan untuk dia. Sampaikan salam hormat aku untuk ibunda dan keluarga, sampaikan ini (telur) bebeknya dulu sudah dikembalikan. Itu kecil-kecil (ayam dan bebek yang akan diberikan), tapi bertelur terus tiap hari. Untuk Adam Malik, kasih traktor biar bisa dipakai keluarga (mengolah pertanian). Dulu, aku sering makan berasnya," kenang Amran.
"Saya nggak digaji (ambi gaji), jadi inilah yang bisa aku sedekahkan," tambah Amran
Amran masih ingat betul, bagaimana hari-hari yang dijalani di Barru selama tujuh tahun. Penuh tantangan, namun begitu mengesankan. Misalnya sepulang sekolah bersama temannya, tidak bisa langsung menikmati hidangan, walau perut melilit merasakan lapar.
"Jadi dulu aku kalau mau makan, cari ikan di kolam kecil. Kadang udang yang dapat, tapi kadang juga ular. Dan saat pulang sekolah, itu biasanya banyak mobil lewat yang kami coba tahan untuk dapat menumpang pulang," cerita Amran.
Sayangnya, lanjut Amran, jarang supir yang mau menghentikan kendaraan untuk mereka. Sehingga ia dan teman-temannya pun harus rela berjalan kaki.
"Mungkin mereka nggak tahu, kalau ini anak (yang menyetop kendaraannya) bakal jadi menteri," tutur Amran yang disambut tawa kaum petani.
[san]
BERITA TERKAIT: