WAWANCARA

Nila Djuwita Farid Moeloek: Blue Safir Sama Dengan Tembakau Gorila, Jauhi Mulai Dari Diri Sendiri Dan Keluarga

Selasa, 21 Februari 2017, 08:33 WIB
Nila Djuwita Farid Moeloek: Blue Safir Sama Dengan Tembakau Gorila, Jauhi Mulai Dari Diri Sendiri Dan Keluarga
Nila Djuwita Farid Moeloek/Net
rmol news logo Menteri yang akrab disapa Nila Moeloek mengingatkan masyarakat agar menghindari konsumsi narkoba jenis baru yaitu jenis 4-klorometkatinon (4-CMC). Narkotika jenis itu biasa terkandung dalam cairan 'blue safir' yang diduga sudah marak beredar di Tanah Air.

"Dampaknya itu kan sangat merugikan, apalagi sudah ban­yak contoh, masak kita mau kecebur lagi ke situ," ujar Nila Moeloek, di Jakarta, kemarin.

Sekadar informasi, awal bulan ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan dua jenis narkotika baru. Yaitu; cairan blue safir dan tembakau gorila. Tembakau gorila berbahaya kar­ena masuk dalam jenis narkotik sintetis. Seseorang yang mengonsumsi tembakau gorila, biasanya mengalami halusinasi, euforia luar biasa, dan juga rasa tenang. Efek ini akan bertahan dalam hitungan jam tapi bisa juga hingga seharian penuh.

Sedangkan narkotik jenis 4-klorometkatinon atau 4-CMC yang beredar di Indonesia ber­bentuk cair berwarna biru atau biasa disebut blue safir meru­pakan senyawa turunan katinon yang bisa diubah dalam bentuk serbuk yang dapat dicampur mi­numan dan liquid rokok elektrik atau vape.

Kementerian Kesehatan men­catat, blue safir lebih berbahaya karena mengandung zat nikotin dan zat lainnya. Apalagi jika cara mengonsumisnya dengan dihisap, sehingga langsung ke paru-paru.

Berikut ini penjelasan Menteri Nila Moeloek terkait blue safir dan beberapa penyakit di masyarakat yang biasa menjangkiti masyarakat di musim hujan;

Bagaimana dengan narko­tika jenis baru yang biasa disebut blue safir itu?
Itu seperti tembakau gorila, dan macamnya sangat banyak. Jadi saya kira, ini memang kre­atif banget sih yang buat (blue safir) ini.

Blue safir itu termasuk go­longan narkotika jenis apa?
Wah, saya nggak hafal soal itu. Terus terang saja saya tidak hafal. Sudah banyak banget sih modelnya.

BNN mengatakan Kemenkes harus melakukan pence­gahan peredaran blue safir dan tembakau gorila, dengan cara apa Kemenkes mence­gahnya?
Kita ada. Kita atasi itu den­gan sebuah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Kemenkes telah memasukkan tembakau gorila sebagai narkotik dan 4-klorometkatinon atau 4-CMC masuk daftar nomor urut 104 narkotika golongan I dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotik.

Jadi yang dulu di luar ke­biasaan ini kita buat, jadi ter­masuk menjadi yang pengelu­arannya.

Ada imbauan kepada masyarakat terkait peredaran blue safir dan tembakau gorila?
Saya terus terang ya, kita sendiri itu harus mawas diri ya.

Mawas diri seperti apa yang Anda maksud?
Kan selalu dikatakan say no to drugs.

Terus langkah konkretnya apa ?
Selain itu, ketahanan keluarga juga penting. Jadi barang kali kalau saya melihat sih, mungkin kita awasi diri kita sendiri.

Sebenarnya, apa sih dampak dari blue safir itu?
Dampaknya itu kan sangat merugikan buat masyarakat, apalagi sudah banyak contoh. Masa kita mau kecebur lagi ke situ.

Saat ini blue safir dan tem­bakau gorila kadung beredar, lalu bagaimana pencegahan­nya?
Nah itu dia, kalau tidak ada yang mau beli (blue safir dan tembakau gorrila) kan tidak ada barangnya, jadi artinya kalau memang ada kebutuhan, ya dia jual terus. Tapi kalau kita tidak ada yang butuh dengan barang itu kan lama-lama dia berhenti .

Langkah lainnya?
Ini juga harus ada kewaspadaan dari masing-masing, kare­na ini juga bisa dipengaruhi oleh teman dan sebagainya. Ini yang membuat jelek ya. Makanya ketahanan dari keluarga itu penting ya.

Oh ya, sekarang masuk musim hujan dan sebagian wilayah di Indonesia sudah mengalami banjir, bagaima­na kesiapan Kementerian Kesehatan menanggulangi penyakit yang biasa datang saat banjir?
Iya, susah juga kalau banjir ya. Banjir itu suatu bencana yang ujungnya nanti ada di Kementerian Kesehatan.

Penyebabnya munculnya penyakitnya itu dari mana?
Habis mau bagaimana, mer­eka mengungsi, ya yang per­tama itu tempatnya susah, terus masalah air bersih yang susah, sanitasinya, jadi akhirnya akan (muncul) berbagai penyakit. Tapi tentu kita akan memban­tunya.

Penyakit apa saja yang biasa muncul saat hujan dan banjir tiba?
Minimal kita pasti kena denganpenyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), yang penyakit lain yang lebih kita takutkan itu seperti leptospirosis dan yang lainya. Jadi banyak penyakit diare.

Terus apa yang akan dilaku­kan Kemenkes dalam mence­gah penyakit tersebut?

Kita memang semestinya hati-hati dalam keadaan yang agak sulit, namun dalam hal ini Kementerian Kesehatan selalu mengawasi pengawasan. Kita juga punya pusat krisis keseha­tan di Kemenkes. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA