Mempersiapkan Khaira Ummah (3)

Meninjau Empat Unsur Dakwah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Jumat, 17 Februari 2017, 08:56 WIB
Meninjau Empat Unsur Dakwah
Nasaruddin Umat/Net
UNTUK mempersiapkan masyarakat ideal (khaira um­mah) ada empat unsur dak­wah yang perlu dibenahi yaitu materi dakwah, metode dakwah, subjek dakwah (muballig), dan objek dak­wah (masyarakat). Rasanya sulit menyiapkan khaira um­mah jika tidak membenahi empat rukun dakwah tersebut.

Pertama, materi dakwah. Materi dakwah yang sebaiknya disampaikan kepada masyarakat ialah artikulasi ayat-ayat dan hadis terhadap ke­hidupan riil masyarakat. Yang dimaksud artiku­lasi di sini ialah memfungsikan ayat dan hadis ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebaiknya kita tidak langsung mengkonfron­tir atau melegitimasi perbuatan dan tindakan masyarakat dengan ayat-ayat dan hadis se­cara harfiah. Kita perlu menjiwai konteks ayat dan hadis sebelum menyampaikannya kepada sasaran dakwah.

Nabi Muhammad Saw juga diajarkan untuk mengdekati masyarakat dengan cara-cara per­suasif. Tidak bijaksana memperkenalkan ho­kum-hukum fikih secara detail kepada suatu komunitas yang sama sekali belum pernah mendapatkan pemahaman komperhensif ten­tang aqidah Islam. Bila mengedepankan on­tology fikih dan akhlak ke dalam suatu komu­nitas tanpa pemahaman dasar-dasar aqidah, dikhawatirkan mereka akan mengesankan aja­ran Islam sebagai beban, bukannya tuntunan yang akan memandu mereka untuk merasakan ketenagan batin. Tuntunan ajaran Islam bukan hanya mengajak umat untuk menjadi "ahli taat" tetapi untuk menjadi "ahli ibadah". Yang per­tama pesan agama akan dirasakan sebagai beban, sedangkan yang kedua pesan agama akan dirasakan sebagai sesuatu yang meny­enangkan.

Kedua, metode dakwah. Metode dakwah sebaiknya diperhatikan ialah metode yang bisa lebih efektif mentransformasikan sasaran dak­wah (masyarakat) dari kebiasaan yang destrik­tuif kepada kebiasaan konstruktif. Metode dak­wah konvensional sudah saatnya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kini teknologi semakin berkembang, sudah saatnya dakwah dilakukan secara efisien dan efektif dengan menggunakan sarana komunikasi yang lebih efektif. Metode one way, monolog, dan indok­trinasi, dalam berdakwah sudah saatnya di­variasikan dengan metode dialog, triple helix, dan lebih banyak mengakomodir sarana-sara­na dakwah modern. Sayang sekali jika materi dakwah sangat bagus apalagi didukung den­gan penceramah yang amat baik tetapi masih menggunakan metode-metode konvensional. Kalau perlu, khutbah Jum'at juga bisa disetting sedemikian rupa. Khutbahnya 15 menit tetapi pendalaman dan tanya jawabnya lebih panjang dapat dilaksanakan seusai shalat Jum'at.

Ketiga, muballig/muballigah. Muballig yang ideal bukan lagi yang berhasil membuat para audiens dan jamaahnya ketawa terpingkal-ping­kal atau menangis tersedu-sedu, tetapi sebera­pa banyak para audiens atau jamaah memper­oleh bekal dan tuntunan di dalam menjalani kehidupan yang serba kompetitif ini. Keyakinan dan penguasaan materi seorang muballig san­gat diperlukan, mengingat audiens dan jamaah sekarang semakin pintar.

Keempat, objek dakwah. Objek atau sasa­ran dakwah sekarang semakin kompleks. Para muballig tidak mungkin bisa berhasil tanpa pen­genalan lebih mendalam terhadap objek dan sasaran dakwahnya. Selain semakin mobile, sasaran dakwah sekarang juga semakin kri­tis. Mereka bisa dengan mudah meninggalkan atau mengkonfrontir sang penceramah dengan penceramah lain. Pemahaman keutuhan dak­wah sudah saatnya juga mengalami reformasi seiring dengan peruhan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA